Karena Kulitnya Bersih, Kemampuan SBY Pimpin Pasukan Diragukan Jenderal

SBY pernah diragukan kepemimpinannya memimpin pasukan oleh seorang jenderal.

Wakos Reza Gautama
Selasa, 05 Januari 2021 | 14:34 WIB
Karena Kulitnya Bersih, Kemampuan SBY Pimpin Pasukan Diragukan Jenderal
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memimpin apel pasukan [Repro Buku SBY Sang Demokrat]

SuaraLampung.id - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono memiliki kisah menarik saat aktif menjadi tentara.

SBY pernah diragukan kepemimpinannya memimpin pasukan oleh seorang jenderal.

Sang jenderal ragu SBY memimpin pasukan tempur hanya gara-gara kulit SBY yang terlihat bersih.

Kisah ini diceritakan dalam buku biografi berjudul "SBY Sang Demokrat" karya Usamah Hisyam dkk yang terbit tahun 2004.

Baca Juga:Jokowi Sudah Mantap Pilih Calon Kapolri, Istana: Tinggal Tunggu Waktunya

SBY mengikuti kursus komandan batalyon di awal tahun 80 an. Ketika itu SBY adalah peserta kursus komandan batalyon termuda.

Teman kursus SBY adalah para seniornya di Akmil. Mulai dari angkatan 70,71 dan 72. Sementara hanya SBY yang Akmil angkatan 73.

SBY adalah orang pertama di angkatannya yang mengikuti kursus komandan batalyon.

Bahkan saat itu beberapa peserta yang ikut kursus komandan batalyon adalah perwira sudah lulus Seskoad.

Sebut saja seperti Mayor Endriartono Sutarto, Mayor Djamari Chaniago, Mayor Suadi Marasabessy, Mayor Djoko Mulono dan Mayor Djali Yusuf.

Baca Juga:Jago di Dapur, Aksi SBY Masak Kupat Tahu Khas Pacitan Jadi Sorotan

Lulus dari kursus komandan batalyon, SBY yang masih berpangkat mayor tidak langsung mendapat jatah jabatan komandan batalyon.

Ada satu kendala yang membuat para atasan kesulitan mencari tempat yang cocok bagi SBY.

Kendala itu adalah posisi SBY sebagai seorang yunior dibanding yang lain. Saat itu seluruh posisi komandan batalyon diisi perwira angkatan 1966, 1967, 1968.

Sementara wakil komandan batalyon dijabat perwira angkatan 1970, 1971 dan 1972.

Dalam internal TNI, tidak mungkin seorang yunior SBY ditunjuk menjadi komandan batalyon sementara wakilnya adalah senior di Akmil.

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menjadi tentara [repro buku SBY Sang Demokrat]
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menjadi tentara [repro buku SBY Sang Demokrat]

Hal itu ditakutkan timbul kendala psikologis baik bagi komandan batalyon maupun bagi wakilnya.

Ternyata saat itu ada satu posisi wakil komandan batalyon yang dijabat perwira satu angkatan dengan SBY.

Dia dalah Mayor Infanteri Rachmat Suhardi, Wakil Komandan Batalyon Infanteri 744. Yonif 744 adalah batalyon pemukul Kodam Udayana di Timor Timur.

Selain karena wakil Komandan Batalyon nya teman satu angkatan SBY, ada hal lain yang dirasa cocok untuk SBY menempati jabatan Komandan Batalyon itu.

SBY dirasa pas memimpin pasukan di Batalyon Infanteri 744 di yang berada di daerah operasi.

Prajurit di daerah operasi seperti Timor Timur harus sering dilatih. Sementara SBY memiliki kemampuan sebagai pelatih andal.

Ternyata langkah SBY untuk menjadi komandan batalyon, sedikit terganjal. Sejumlah pejabat di lingkungan Kodam Udayana meragukan kemampuan SBY untuk memimpin batalyon infanteri 744.

Para pejabat Kodam Udayana meragukan kemampuan SBY yang dianggap masih yunior.

Saat menghadap Asisten Personel Kodam Udayana, SBY dicecar pertanyaan bertubi-tubi.

Asisten Personel Kodam Udayana mempertanyakan tingkat kemampuan dan kualifikasi SBY.

Kepala Staf Kodam Udayana, Brigjen Wismoyo Arismunandar juga meragukan SBY memimpin batalyon di daerah operasi.

Apalagi saat SBY menghadap Wismoyo. Wismoyo kaget melihat penampilan fisik SBY.

Fisik SBY dengan kulit kuning bersih membuat Wismoyo heran.

Bagi Wismoyo, seorang perwira lapangan di daerah operasi, berkulit hitam legam karena terbakar terik panas matahari.

Karena itu Wismoyo benar-benar ragu dengan sosok SBY.

“Danyon kok kulitnya kuning. Danyon itu harus hitam. Kalau tidak, nanti diragukan anak buah,” kata Brigjen Wismoyo ke SBY.

Sebelum menjabat Danyon, Wismoyo meminta SBY membuktikan diri terlebih dahulu.

Wismoyo tahu rekam jejak SBY yang pernah menjadi pelatih di Pusat Infanteri.

Ya ketika menjadi pelatiih di Pusat Infanteri, SBY dikenal sebagai sosok yang keras. SBY menempa calon pelatih tanpa kompromi.

SBY hanya mau meluluskan calon pelatih yang memenuhi standar.

Jika dianggap SBY tidak memenuhi standar, maka SBY tidak segan-segan tidak meluluskan calon pelatih di Pusat Infanteri.

Terbukti dari ratusan calon pelatih, ada 10 perwira siswa calon pelatih yang tidak diluluskan SBY karena dianggap gagal memenuhi kualifikasi.

Latihan yang SBY selenggarakan di Pusat Infanteri adalah berbagai kegiatan lapangan. Mulai dari latihan insurgensi, latihan raid, penghadangan, penyergapan hingga operasi khusus.

SBY mengembangkan materi latihan dengan memadukan pengalaman sendiri maupun hasil pendidikan dari dalam dan luar negeri.

Dari rekam jejak SBY di Pusat Infanteri itulah, Wismoyo memberi tantangan ke SBY.

Wismoyo memberi tugas ke SBY untuk melatih para bintara Kodam Udayana di Resimen Induk Infanteri Kodam (Rindam) Udayana.

SBY tidak kecewa dengan sikap pimpinan yang meragukan dirinya. Ia justru tertantang dengan tugas yang diberikan atasannya itu.

Dengan lapang dada, SBY melaksanakan instruksi Brigjen Wismoyo untuk melatih para bintara tersebut.

SBY melatih para bintara Rindam Udayana dalam waktu cukup lama.

Padahal kehadiran SBY sebagai danyon sudah ditunggu Komandan Korem Wiradharma Kolonel Infanteri Muhammad Yunus Yosfiah.

Wismoyo mengaku puas dengan hasil gojlokan SBY terhadap para bintara.

Akhirnya Wismoyo memerintahkan SBY berangkat ke Dili, Timor Timur  untuk menerima jabatan Komandan Batalyon Infanteri 744.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini