Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Rabu, 04 Oktober 2023 | 18:35 WIB
Kebakaran yang terjadi di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) belum bisa dipadamkan hingga Rabu (4/10/2023) sore. [Suaralampung.id/Agus Susanto]

SuaraLampung.id - Sudah tiga hari kebakaran hutan di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) berlangsung. Si jago merah yang mengamuk sejak Senin (2/10/2023) belum juga bisa dijinakkan hingga Rabu (4/10/2023) petang.

Humas Balai Taman Way Kambas (TNWK) Sukatmoko mengatakan, kebakaran terjadi di Seksi 3 Kuala Penet, wilayah hukum Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur.

Menurut Sukatmoko, tim mengalami kesulitan dalam memadamkan api karena kencangnya angin dan sulitnya mencari air.

"Dari Senin siang kebakaran. Api sempat padam Rabu pagi tadi. Namun siang ini api menyulut kembali hingga sore ini belum padam," kata Sukatmoko, Rabu (4/10/2023).

Baca Juga: 267 Ribu Hektare Hutan dan Lahan di RI Kebakaran, Ludes Dilahap Si Jago Merah

Kebakaran hutan terjadi bukan pada zona inti melainkan di wilayah terbuka dengan vegetasi tanaman jenis ilalang dan semak. Walau begitu, kata Sukatmoko tetap ada dampak negatifnya.

Kata dia, kebakaran ini menghabiskan semak-semak yang membuat sejumlah satwa melata menjadi korban, seperti ular, trenggiling dan beberapa unggas yang tidak bisa terbang.

"Kebakaran yang terjadi di lahan terbuka juga berpengaruh pada satwa meskipun tidak dengan satwa kunci seperti gajah, harimau dan badak," terang Sukatmoko.

Selama dua bulan terakhir, luas lahan yang TNWK yang mengalami kebakaran kurang lebih 200 hektare, yang terjadi di tiga lokasi yaitu Seksi 1 Way Kanan, Seksi 2 Bungur dan Seksi 3 Kuala Penet.

Untuk proses pemadaman api, pihak Balai TNWK, Polri, TNI, mitra kerja Balai TNWK dan masyarakat penyangga. Peralatan yang mendukung tangki manual (gendong) mobil pemadam dua unit, sepeda motor pemadam.

Baca Juga: Kunjungi Korban Kebakran di Solo, PJ Gubernur Jateng Siapkan Bantuan Perbaikan Rumah

"Untuk masyarakat melakukan dengan sukarelawan, karena mereka sadar tinggal di perbatasan hutan," kata Sukatmoko.

Untuk penyebab Sukatmoko memberikan penjelasan persoalan klasik yaitu ulah manusia yang melakukan kegiatan ilegal dalam hutan dengan tujuan tertentu seperti perburuan.

Kontributor : Agus Susanto

Load More