Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Kamis, 21 Juli 2022 | 16:31 WIB
Hasil tangkapan nelayan di Lampung Timur berkurang sejak adanya limbah hitam seperti aspal di perairan Lampung Timur. [Suaralampung.id/Agus Susanto]

SuaraLampung.id - Sejak limbah hitam serupa aspal mencemari perairan Lampung Timur beberapa hari lalu, tangkapan ikan nelayan menurun. 

Seperti yang dialami Karitak (41), nelayan di Lampung Timur. Hasil tangkapannya berkurang jauh sejak tiga hari belakangan.  

"Selama tiga hari cuma dapat tangkapan ikan tidak lebih dari tiga kuintal. Tidak tahu apa penyebabnya, tapi semua nelayan jenis dogol tidak mendapat hasil maksimal," ucapnya sambil memilah hasil tangkapannya, Kamis (21/7/2022).

Hasil tangkapan ikan yang hanya 2 kuintal tidak mampu membalikkan modal Karitak yang sudah merogoh kocek di atas Rp5 juta selama tiga hari melaut.

Baca Juga: Situ Ciburuy Tercemar Limbah, Sejumlah Home Industri Ditutup Sementara

Karitak mengatakan, kondisi laut dalam tiga hari ini masih banyak ditemukan gumpalan hitam seperti aspal yang mengapung dengan kondisi air laut sebagian seperti berminyak.

"Sepertinya karena limbah, dasarnya waktu timuran musim lalu ketika tidak ada limbah hasil tangkapan kami maksimal artinya tidak sampai merugi, seperti hari ini," kata Karitak.

Marisu nelayan yang baru turun dari laut, mengatakan limbah masih banyak menyebar di daratan perbatasan wilayah hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) tepatnya di Kuala Kambas.

"Sampai hari ini, masih banyak limbahnya, apalagi yang di Kuala Kambas perbatasan hutan Way Kambas masih belum diambil," terang Marisu, Kamis (21/7/2022).

Lain lagi yang dihadapi oleh Sumari, aktivis pelestari mangrove di pesisir Kuala Penet atas menyebarnya limbah seperti aspal tersebut.

Baca Juga: Atasi Masalah Limbah dan Sanitasi, Pemprov DKI Terus Upayakan Pembangunan SPALD

Sebaran limbah membuat banyak tanaman mangrove yang usianya masih di bawah satu tahun mengering.

"Kami menjaga pantai dengan melakukan penanaman mangrove agar tidak abrasi, perawatan kami lakukan swadaya, tapi kerja keras kami dikecewakan dengan sebaran limbah," kata Sumari.

Jika limbah sudah benar benar bersih, Sumari mau tak mau akan melakukan penyulaman kembali tanaman mangrove yang mengering akibat efek limbah tersebut.

"Kalau belum bersih kami tidak berani melakukan penyulaman, karena akan mati lagi. Dan kami berharap pihak perusahaan bertanggung jawab atas persoalan limbah," pinta Sumari.

Pantauan di lapangan pihak Gakum LHK, sudah dua hari masih berada di pesisir Lampung Timur mengambil sampel limbah yang menyebar di perairan laut Lampung Timur. Namun pihak Gakum LHK sama sekali enggan diwawancara.

Diketahui limbah hitam menyerupai aspal mencemari perairan Lampung Timur, ternyata berasal dari kebocoran pipa migas milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE OSES).

Kontributor : Agus Susanto

Load More