Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Minggu, 19 Juni 2022 | 16:14 WIB
Ilustrasi pemilu. Ketum Partai Makin Sering Gelar Pertemuan, Peneliti Siti Zuhro Ungkap Hal Ini [VectorStock]

SuaraLampung.id - Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengingatkan Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 bukan hanya sekadar menang atau kalahnya pasangan calon dan partai politik.

Dia mengungkapkan ada hal yang perlu lebih ditekankan yakni pembelajaran positif bagi masyarakat. "Kita sudah punya pengalaman lima kali pemilu, namun yang belum kita belajar adalah bagaimana agar pemilu serentak bisa memberikan pembelajaran positif bukan negatif bagi masyarakat," katanya saat dihubungi di Jakarta, Minggu.

Siti berpandangan bahwa sebenarnya yang diinginkan masyarakat adalah nol persen tentang ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2024.

Pasangan calon yang muncul lebih variatif dan sesuai dengan kemajemukan aspirasi masyarakat Indonesia. Meskipun pada akhirnya tetap mengerucut menjadi dua pasangan calon, namun paling tidak aspirasi dan kepentingan publik sudah terkanalisasi.

Baca Juga: Belum Sepekan Operasi Patuh Krakatau 2022, 111 Pengendara Kena Tilang di Lampung

Berbagai dampak buruk Pemilu 2019 harus diantisipasi penyelenggara dan peserta agar tidak terulang kembali pada Pemilu 2024.

Ia mengingatkan partai politik yang sudah dan akan membentuk koalisi dalam menghadapi Pemilu 2024 harus betul-betul menjadikan pemilu sebagai pembelajaran positif bagi masyarakat dan bukan hanya sebatas menang atau kalah.

Belakangan para elite partai mulai rajin menampilkan silaturahmi politik kepada publik. Dari beberapa pertemuan ketua umum partai, Siti menyakini ada sebuah gagasan besar yang dibahas.

"Tidak ada alasan kecuali memang bagaimana membangun koalisi untuk Pemilu 2024," katanya (ANTARA)

Baca Juga: Bertambah! Angka Kemiskinan Lampung Menempati Urutan 14 Provinsi Teratas

Load More