Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Sabtu, 12 Maret 2022 | 11:56 WIB
Hassan Al-Khalaf, bocah Ukraina yang mengungsi seorang diri ke Slovakia. [ANTARA/Reuters/Radovan Stoklasa/as]

SuaraLampung.id - Hassan Al-Khalaf, bocah 11 tahun, asal Ukraina,  berjalan seorang diri mengungsi dari negaranya menuju Slovakia

Hassan tiba dengan selamat di Slovakia setelah bergabung dengan rombongan pengungsi yang menyelamatkan diri dari invasi Rusia di negara mereka.

Kehadiran Hassan di Slovakia pada awal Maret menarik perhatian media setelah kepolisian setempat mengunggah kisahnya di Facebook dan menyebutnya sebagai "pahlawan".

Dia menempuh perjalanan panjang dengan kereta dan berjalan kaki dari Zaporizhzhie di tenggara Ukraina.

Baca Juga: Egy dan Witan Belum Moncer di FK Senica, Rekan Setimnya Berikan Saran Ini

"Saya punya harapan dari ibu yang ingin saya pergi," kata Hassan saat diwawancarai sebelum tampil sebagai tamu dalam demonstrasi pro-Ukraina di ibu kota Slovakia, Bratislava, pada Jumat (11/3/2022).

"Asa itu menuntun saya selama perjalanan," kata dia lewat penerjemah.

Hassan sudah tak punya ayah. Ibunya tak bisa meninggalkan sang nenek di rumah, sehingga Hassan diminta berangkat sendiri.

Dia menempuh jarak lebih dari 1.000 km ke Slovakia, tempat kakak laki-lakinya sedang menjalani pendidikan.

Hassan tiba di Slovakia tanpa membawa apa-apa selain tas plastik, paspor dan nomor telepon yang ditulis di tangannya.

Baca Juga: Rusia Sebut Laboratorium Senjata Biologis di Ukraina dapat Dukungan Penuh dari Amerika, PBB: Omong Kosong

"(Cerita) ini membuat kami meneteskan air mata. Dia jadi pahlawan terbesar tadi malam," kepolisian Slovakia menulis pada 5 Maret setelah Hassan terlihat di perbatasan.

Hassan adalah satu di antara lebih dari 2,5 juta pengungsi yang meninggalkan Ukraina menuju Uni Eropa. Sebagian besar dari mereka pergi ke Polandia, sebagian lainnya ke Slovakia, Hongaria dan Rumania.

Sedikitnya 176.000 orang telah melintasi perbatasan Slovakia dalam eksodus besar-besaran yang disebut PBB sebagai krisis pengungsi paling parah di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

"Saya ingin berterima kasih kepada para relawan, karena mereka membantu orang-orang yang tidak mereka kenal," kata Hassan, yang berharap dapat bertemu ibunya lagi.

"Saya percaya bahwa akan ada akhir yang bahagia. (ANTARA)

Load More