Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Rabu, 24 November 2021 | 09:26 WIB
Ilustrasi Pejuang hak perempuan Afganistan dan aktivis sipil memprotes menyerukan kepada Taliban. Taliban mewajibkan presenter berita perempuan pakai hijab Islami. [ANTARA]

SuaraLampung.id - Pemerintah Taliban pembaca berita perempuan memakai hijab Islami. Aturan ini dikeluarkan Taliban untuk membatasi gerak media di Afghanistan.

Selain mewajibkan presenter berita perempuan hijab Islami, Taliban juga melarang perempuan main di sinetron. Setidaknya ada sembilan aturan mengenai media yang dikeluarakan Pemerintah Taliban di Afghanistan. 

"Sebagian besar melarang media apa pun yang bertentangan dengan "nilai-nilai Islam atau Afghanistan", kata juru bicara pemerintah Taliban pada Selasa (23/11/2021).

Beberapa pembatasan khusus ditargetkan pada kaum perempuan, sebuah langkah yang berpotensi memicu kekhawatiran komunitas internasional.

Baca Juga: Taliban Rilis Aturan Baru Media Di Afghanistan: Perempuan Dilarang Main Sinetron!

"Drama (televisi)... atau program-program yang menayangkan akting perempuan, tidak boleh disiarkan," tulis aturan tersebut.

Aturan itu juga mewajibkan wartawan perempuan yang bersiaran untuk memakai "hijab Islami" tanpa mendefinisikan apa maknanya.

Meski sebagian besar perempuan di Afghanistan sudah berjilbab, pernyataan Taliban di masa lalu bahwa perempuan harus memakai "hijab Islami" kerap membuat para pegiat HAM perempuan khawatir. Mereka menganggap istilah itu tidak jelas dan dapat ditafsirkan secara kolot.

Aturan tersebut mendapat kecaman dari pengawas HAM internasional Human Rights Watch (HRW), yang menyebutkan bahwa kebebasan media di Afghanistan merosot.

"Hilangnya ruang untuk perbedaan pendapat dan pembatasan yang semakin ketat bagi kaum perempuan di bidang media dan seni itu menghancurkan," ucap Patricia Goss, seorang petinggi HRW untuk kawasan Asia lewat pernyataan.

Baca Juga: Perempuan Dilarang Tampil di Drama TV, Presenter Wajib Hijab, Ini Dia Aturan Baru Taliban

Meski pejabat Taliban sudah berupaya meyakinkan kaum perempuan dan masyarakat internasional bahwa hak-hak perempuan akan dilindungi sejak mereka mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus lalu, banyak pendukung HAM dan perempuan masih meragukan janji itu.

Di bawah pemerintahan Taliban yang lalu, perempuan tidak boleh keluar rumah kecuali untuk bersekolah atau didampingi oleh kerabat laki-lakinya. (ANTARA)

Load More