Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 23 November 2021 | 11:12 WIB
Polda Kalbar pecat Brigadir Dwi Yandi yang cabuli anak di bawah umur. [ANTARA]

SuaraLampung.id - Anggota Satlantas Polresta Pontianak, Brigadir Dwi Yandi dipecat sebagai anggota polisi. Upacara pemecatan Brigadir Dwi Yandi berlangsung, Senin (22/11/2021). 

Brigadir Dwi Yandi dipecat karena terlibat dalam kasus pencabulan anak. 

Pemecatan terhadap Brigadir Dwi Yandi merupakan tindak lanjut Surat Keputusan Kapolda Kalbar yang memecat Dwi Yandi sebagai anggota polisi.

Pemecatan Brigadir Dwi Yandi ini tertuang dalam SK Kapolda Kalbar Nomor Kep/523/X/2021, tanggal 27 Oktober 2021 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia terhadap personil Polresta Pontianak Kota atas nama Brigadir Dwi Yandi. 

Baca Juga: Usai Bekuk Notaris, Polisi Ultimatum Tersangka Lain Kasus Tanah Ibu Nirina Agar Menyerah

"Diberhentikannya terhadap personel Polresta Pontianak Kota tersebut sudah melalui proses cukup panjang melalui sidang Kode Etik Profesi Polri dengan keputusan PTDH," ujar Kapolresta Pontianak Kota, Kombes Andi Herindra.

Brigadir Dwi Yandi karena telah melanggar Pasal 7 Ayat (1) huruf B, Pasal 10 Huruf (F) dan Pasal 11 Huruf C peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri Jo pasal 13 Ayat (1) dan Pasal 14 Ayat 1 huruf (B) Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri.

Dia juga menyampaikan bahwa tidak ada pimpinan yang menginginkan kehilangan anggotanya apalagi melalui proses PTDH.

"Tidak ada satu orang pun pimpinan yang menghendaki kehilangan anggotanya apalagi dengan proses PTDH. Namun karena pertimbangan dan keputusan pimpinan, serta sebagai langkah kongkrit komitmen Polri untuk menegakkan hukum kepada siapa saja termasuk kepada anggota yang melakukan tindak pidana, ini semua harus dilakukan," ujarnya.

Andi mengimbau, sebagai pimpinan tertinggi di Polresta Pontianak Kota, dia mengingatkan, kepada semua personil Polresta Pontianak untuk meminimalisir pelanggaran sekecil apapun.

Baca Juga: Dari Rp2,5 Miliar Jadi Rp250 Juta, Begini Awal Kasus LSM Peras Anggota Polri Bermula

"Ini saya harap adalah kejadian terakhir, jangan sampai ada lagi anggota yang di PTDH. Sebagai insan penegak hukum, kita dituntut untuk selalu berbuat yang terbaik kepada masyarakat, menjadi teladan, memberikan contoh yang baik, bukan sebagai pelaku pelanggaran, bahkan tindak pidana," katanya.

Kasus pencabulan oleh Dwi Yandi berawal dari salah seorang pelanggar lalu lintas (perempuan melanggar lalu lintas), lalu kemudian dibawa ke Pos Polisi, kemudian korban dibawa ke hotel dan terjadilah pencabulan terhadap korban, yang belakangan diketahui masih status anak di bawah umur. (ANTARA)

Load More