Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Jum'at, 15 Oktober 2021 | 08:10 WIB
Hasan Mashadi penjaga hutan Rawa Kidang Taman Nasional Way Kambas (TNWK). [Suaralampung.id/Santo]

SuaraLampung.id - Puluhan jenis pohon yang menjadi pakan Badak menghampar luas di lokasi Seksi III, Resort Margahayu, Rawa Kidang, hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur.

Di tengah hamparan pakan badak di lahan seluas 50 hektare di TNWK Lampung Timur, berdiri kokoh rumah panggung terbuat dari kayu. 

Pria berperawakan kurus, menghampiri satu pohon ke pohon lainnya, Rabu (13/10/2021) sore. Sesaat pria tersebut berhenti di samping pohon ara lebar.

Matanya memandang fokus pada sela-sela ranting. Kedua tangannya mengelupas lapisan plastik yang menutupi bongkahan tanah sebesar kepalan orang dewasa.

Baca Juga: Nelayan Hilang di Perairan Labuhan Maringgai Ditemukan Tewas

"Ini lagi ngontrol cangkokan untuk memperbanyak tanaman," kata pria bernama Hasan Mashadi. Sejenak pria 43 tahun itu menghentikan aktivitasnya, lalu berjalan menuju rumah panggung. 

"Ini kantor sekaligus pos jaga kami" ucap Mashadi sembari menawari untuk duduk di kursi kayu. Rumah panggung itu adalah Sekretariat Kelompok Tani Hutan (KTH) Rahayu Jaya sementara Hasan Mashadi adalah pimpinannya.

KTH Rahayu Jaya dipercaya mengelola tanaman dan menjaga Rawa Kidang selama 24 jam. Upah yang didapat anggota KTH Rp 125 ribu per hari. Kata Mashadi dari 44 anggota, dibagi tiga shif atau 15 orang yang menjaga restorasi selama 24 jam.

"Dari honor Rp 125 ribu tersebut, Rp 25 ribu untuk logistik bahan makanan dan Rp 10 ribu untuk kas operasional kelompok, terus Rp 90 ribu untuk anggota pribadi," kata Mashadi.

Penyuluh kehutanan TNWK Rusdiyanto, menceritakan terbentuknya KTH Rahayu Jaya. Awalnya ada permohonan dari masyarakat Labuhanratu VII, yang prihatin atas seringnya terjadi kebakaran hutan di TNWK. 

Baca Juga: Pencarian Nelayan Hilang di Perairan Labuhan Maringgai Dihentikan

Warga menanyakan bagaimana caranya agar kebakaran hutan di TNWK bisa dihilangkan. Disarankanlah warga untuk membuat surat permohonan membuat kelompok tani hutan ke Balai TNWK.

Terbentuklah KTH Rahayu Jaya yang anggotanya berasal dari warga Desa Labuhanratu VII, yang merupakan desa penyangga.

"Setelah terbentuk kelompok, saya mendampingi mereka terkait dengan rehabilitasi hutan wilayah Rawa Kidang," kata Rusdianto.

Hasan Mashadi, pria yang tinggal di Desa Labuhanratu VII, Kecamatan Labuhanratu, Lampung Timur, dipercaya sebagai Ketua KTH Rahayu Jaya.

Kata Hasan Mashadi, sebelum tahun 209, Rawa Kidang selalu terbakar. Pelaku pembakaran hutan diduga kuat adalah pemburu liar di kawasan TNWK. 

Para pemburu liar membakar hutan di Rawa Kidang agar bisa tumbuh ilalang muda di sana. Setelah ilalang muncul, rusa atau menjangan akan datang untuk memakannya. 

Momen inilah yang dimanfaatkan para pemburu liar dengan menembak menjangan yang datang ke Rawa Kidang untuk makan. 

Awalnya Hasan Mashadi dan rekan-rekannya yang dicurigai sebagai pelaku pembakar hutan di Rawa Kidang.

"Dulu sebelum 2019, setiap tahun lokasi Rawa Kidang ini selalu terbakar. Saya dan rekan-rekan selalu menjadi kambing hitam, dicurigai sebagai pelaku pembakar hutan," kata Mashadi.

Tahun 2019 ada penawaran program dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK) melestarikan kembali areal Rawa kidang.

Guna menepis tudingan itu, Hasan Mashadi dan rekan-rekannya menerima tawaran itu dan mengajukan pembentukan KTH Rahayu Jaya untuk menjaga kelestarian Rawa Kidang. 

Di awal tugas sebagai penjaga Rawa Kidang, Mashadi mengatakan, mereka rela bekerja tanpa upah. Ini mereka lakukan demi membuktikan bahwa mereka bukanlah pembakar hutan.  

Mashadi mengakui areal Rawa Kidang hutan Way Kambas merupakan surga bagi pelaku pemburu. Ini karena di Rawa Kidang banyak ditemui binatang seperti kijang, menjangan dan sejenisnya.

Apalagi kata Mashadi akses menuju Rawa Kidang sangat mudah karena bergandengan langsung dengan perkampungan.

Sejak tahun 2020, dilakukan rehabilitasi di Rawa Kidang dengan target 50 hektare. Namun yang baru terealisasi 20 hektare.

Kata Rusdianto,rehabilitasi dilakukan karena Rawa Kidang mengalami kerusakan parah akibat kebakaran yang terjadi setiap tahun.

Pada program rehabilitasi ini, dilakukan penanaman pakan badak berupa 61 jenis tumbuhan. Demi menjaga kelestarian Rawa Kidang, ditugaskan anggota KTH Rahayu untuk menjaga selama 24 jam. 

Sejak dilakukan penjagaan selama 24 jam, Rawa Kidang tidak lagi mengalami kebakaran.

"Harapannya selain memulihkan kondisi hutan juga sebagai lumbung atau pencanangan pakan badak," kata Rusdianto.

Kontributor: Santo

Load More