Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Sabtu, 02 Oktober 2021 | 12:44 WIB
Ilustrasi Gajah di Taman Nasional Way Kambas. Sebanyak 22 ekor gajah di Taman Nasional Way Kambas mati akibat perburuan liar. [ANTARA]

Setelah mencermati upaya rehabilitasi sebelumnya, Timer membenarkan bahwa kebakaran merupakan hambatan utama restorasi di TNWK. Pelaku perburuan liar sering kali dengan sengaja memicu kebakaran hutan agar tumbuh ilalang muda.

Satwa-satwa yang kemudian berkumpul di area ilalang muda dapat memudahkan mereka dalam melakukan perburuan.

“Hal paling utama yang kami lakukan adalah pengendalian kebakaran di area restorasi. Sekat-sekat bakar pun dibuat dan personel hadir di lapangan terus-menerus. Belakangan, keberadaan personel di lapangan ini ternyata menjadi salah satu cara mendeteksi kehadiran api yang bahkan jauh dari area restorasi,” ucap Timer.

2. Menghambat Perburuan Liar

Baca Juga: Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia, Membaca Manakib Khusus

Basuki, Koordinator Proyek Restorasi Auriga di Way Kambas, menjelaskan bahwa upaya restorasi secara tidak langsung akan menghambat perburuan liar. Pertumbuhan pohon di hutan akan menjadi banteng penjaga bagi satwa di kawasan TNWK, seperti gajah, rusa, harimau, dan satwa-satwa lainnya.

“Restorasi harus dilakukan secara integral dengan melibatkan masyarakat lokal. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran, dan adanya sumber ekonomi alternatif. Keterlibatan masyarakat termasuk dalam hal penanaman bibit maupun kegiatan ekonomi yang bersumber dari jasa kawasan hutan, seperti pengembangan wisata edukasi di TNWK dapat dikembangkan.”

Ke depannya, Basuki berharap ada kegiatan wisata edukasi di kawasan konservasi, di mana para tamu yang berkunjung dapat menginap di rumah masyarakat, sehingga dapat menambah pemasukan bagi warga sekitar.

Dr. Mahfut Sodik, Kepala Urusan Program Anggaran & Kerja Sama TNWK, menyampaikan harapannya bahwa restorasi bukan hanya sekedar memulihkan kawasan, tetapi kehadiran petugas dalam restorasi memiliki dampak yang luar biasa.

Selama ada petugas, maka satwa akan terlindungi dari perburuan, kebakaran hutan, dan juga membantu dalam pemulihan
ekosistem agar satwa bisa hidup dan berkembang biak.

Baca Juga: Kisah Situs Gajah Putih Ndekem di Sawit, dan Sejarah Sumpah Serapah di Zaman Mataram Kuno

“Saya berharap, kegiatan restorasi di camp (area restorasi) bisa dipertahankan. Walaupun konsepnya adalah restorasi, tetapi ini termasuk juga dalam kegiatan penjagaan dan pemulihan ekosistem. Jika ada petugas, satwa secara otomatis mendekat dan pemburu akan menyingkir, ”kata Mahfut.

3. Menciptakan Habitat yang Baik Bagi Satwa

Penciptaan habitat yang baik bagi satwa merupakan bagian penting dari upaya konservasi, karena bisa mencegah terjadinya konflik antara satwa dan manusia. Ketika satwa memiliki habitat yang baik, maka mereka tidak akan kesulitan mencari makan sampai ke permukiman manusia.

Pada saat yang sama, ketika habitatnya baik, satwa seperti gajah bisa membantu menjaga ekosistem hutan.

“Kami sering melihat gajah, rusa, harimau yang melintas di kawasan restorasi. Ini artinya mereka merasa nyaman berada di ruang gerak yang dilindungi. Kami berharap proyek penciptaan habitat bisa memberikan dampak yang baik bagi kelangsungan hidup satwa,” kata Basuki.

Tujuan akhirnya tentu adalah keseimbangan ekosistem hutan, baik flora maupun faunanya karena masing-masing memiliki fungsi menjaga alam. Misalnya saja, kotoran hewan yang bisa menjadi pupuk alami bagi tumbuhan.

Load More