SuaraLampung.id - Bank BRI secara berkelanjutan, terus berkontribusi dalam membangun dan membentuk ekosistem bisnis pertanian di Tanah Air, sebagai daya dorong untuk menggerakkan bisnis pangan di dalam negeri. Sektor pertanian yang ikut terdampak pandemi Covid-19 juga mengelami gejolak, karena rantai penyokong pangan juga ikut terdampak akibat penurunan daya beli.
Akan tetapi, resiliensi sektor ini begitu kuat, sehingga mampu tetap tumbuh secara positif berkat dorongan dunia perbankan.
Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI, Amam Sukriyanto, pada Jumat (20/8/2021), di Jakarta mengatakan, bisnis pertanian dan pangan adalah sektor yang akan terus bergerak, kendati menghadapi berbagai tantangan seperti pandemi, karena menyangkut kebutuhan utama manusia.
BRI fokus dalam mendampingi sektor pertanian dan pangan melalui penyesuaian dengan kondisi yang berlaku. Dengan demikian, kata Amam, dalam kondisi yang berubah, pihaknya akan terus beradaptasi dan bertransformasi untuk memberikan layanan kepada para petani dan pelaku usaha mikro.
“Ke depan, karena perubahan-perubahan itu juga, BRI akan fokus mengembangkan sektor pertanian ini dalam bentuk ekosistem usaha, baik berdasarkan komoditasnya, atau berdasarkan wilayahnya, yang kita sebut dengan cluster usaha. Misalnya, pengembangan ekosistem cluster padi, tebu, dan sebagainya,” ujar Amam.
Pembentukan ekosistem usaha yang kuat dan mapan dapat mendorong pengembangan komoditas pertanian yang memiliki nilai jual tinggi di pasar dunia. Nantinya petani-petani Indonesia, selain bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga bisa mampu menembus pasar internasional alias go global.
Sokongan BRI terhadap bisnis pertanian sebenarnya sudah sangat kuat dengan peningkatan yang masif setiap tahun. Amam menegaskan, pihaknya siap menyediakan ekosistem payment mulai dari simpanan, transaksi, pembiayaan hingga pemberdayaan. Pada 2018 portofolio kredit BRI pada bisnis pertanian mencapai Rp94,4 triliun atau 11,82 persen dari total kredit.
Pada 2019 naik menjadi Rp102,2 triliun atau tumbuh 11,89 persen dari total kredit BRI. Pada 2020 menjadi Rp111,5 triliun atau 12,66 persen dari total portofolio.
Bahkan di tengah pandemi, tren penyaluran kredit ke bisnis pertanian mencapai Rp117,5 triliun pada semester pertama 2021, atau meningkat 12,8 persen secara year on year.
Baca Juga: Bank BRI Raih Nilai ESG Risk Rating Terbaik pada Indeks IDX ESG Leaders
Pencapaian itu pun mendorong pangsa pasar BRI dalam pembiayaan sektor pertanian meningkat secara nasional, dari sebelumnya sebesar 27,78 persen menjadi 28,03 persen. Di sisi lain, pembentukan ekosistem usaha pertanian atau klasterisasi bisnis pangan pun sebenarnya sudah mulai berjalan.
BRI telah mendorong penguatan cluster bisnis padi nasional. Dia menyebut, saat ini total nasabah yang mendapat pembiayaan dari BRI, khususnya untuk ekosistem beras dan penggilingan padi telah mencapai 40.798 dengan total plafon kredit mencapai Rp4,1 triliun.
Jika dirinci dari total nasabah tersebut, paling banyak di KUR Mikro yang mencapai 25.697 nasabah. Disusul kemudian Kupedes BRI sebanyak 8.908 nasabah, KUR Ritel 3.496 nasabah, dan Pinjaman Usaha Kecil & Menengah (UKM) 2.697 nasabah.
Sementara untuk plafon, Kupedes BRI sebesar Rp642,3 miliar, KUR Mikro Rp64,4 miliar, KUR Ritel Rp800,3 miliar dan pinjaman UKM Rp1,9 triliun. Khusus KUR Ritel dan Pinjaman di UKM, merupakan nasabah-nasabah yang bergerak di bidang penggilingan padi. BRI termasuk yang terbanyak membiayai penggilingan padi dengan jumlah sekitar 6.190 debitur
“Maka melalui pola klaster-klaster yang tadi saya sebutkan, selain kita memberikan pembiayaan, kita juga mengedukasi bagaimana cara meningkatkan produktivitas lahan misalnya. Bagaimana mengelola keuangan yang baik. Terus juga menyediakan sarana untuk tempat mereka kumpul-kumpul, sharing knowledge. Kemudian yang penting adalah bahwa kita juga memberikan cara bagi petani untuk mengakses pasar,” tegasnya.
Di sisi lain, Amam menyebut, untuk menciptakan bisnis pertanian yang efektif dan efisien diperlukan juga kolaborasi banyak pihak yang terlibat dalam ekosistem tersebut. Hal itu berdasarkan pengalaman BRI di lapangan selama ini.
Dalam satu ekosistem pertanian, banyak sekali pihak yang terlibat di mana masing-masing punya peranan yang penting. Karena itu, pihak yang terlibat harus saling mendukung.
Pasalnya, kata Amam, bila ada salah satu pihak di dalam rantai bisnis itu tidak efisien maka keseluruhan ekosistem menjadi tidak efisien.
“Semua ekosistem ini harus bisa mendapatkan kebutuhan untuk produksinya dengan tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat kualitas. Prosesnya berkesinambungan dan berkelanjutan, jadi tidak ada yang terputus. BRI sedang mencoba untuk bisa menggabungkan semua ekosistem itu sehingga memang betul-betul semua titik bisa mengevaluasi bagaimana tingkat efisiensi dari bisnisnya itu,” pungkas Amam.
Berita Terkait
-
Yuk Ikutan, BRI Adakan Sayembara Desain Logo dengan Total Hadiah Rp 45 Juta
-
HUT RI, BRI Salurkan Dana Pendidikan bagi 68 Paskibraka dan 1.800 Anak Tenaga Kesehatan
-
Sebarkan Optimisme, Semangat untuk Negeriku Semarakkan HUT RI ke-76
-
Rp161 Triliun Disalurkan BRI untuk Sektor Pertanian Selama Pandemi
-
Jadi Title Sponsor Liga 1, BRI Wujudkan Komitmen untuk Bermakna bagi Masyarakat
Terpopuler
- Tahta Bambang Pacul di Jateng Runtuh Usai 'Sentilan' Pedas Megawati
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
- 5 Sepatu Onitsuka Tiger Terbaik untuk Jalan Kaki Seharian: Anti Pegal dan Tetap Stylish
- Bukan Dean Zandbergen, Penyerang Keturunan Ini akan Dampingi Miliano Jonathans di Timnas Indonesia?
- Elkan Baggott Curhat ke Jordi Amat: Saya Harus Seperti Apa?
Pilihan
-
Menko Airlangga: Tidak Ada Negara yang Bisa Tumbuh Konsisten di 5 Persen
-
Anggaran MBG vs BPJS Kesehatan: Analisis Alokasi Jumbo Pemerintah di RAPBN 2026
-
Sri Mulyani Disebut Pihak yang Restui Tunjangan Rumah DPR Rp50 Juta Per Bulan
-
Sri Mulyani Berencana Naikkan Iuran BPJS Kesehatan 4 Bulan Lagi
-
Viral Noel Ebenezer Sebut Prabowo Ancaman Demokrasi dan Kemanusiaan
Terkini
-
Trik Baru Penyelundupan Ganja 90 Kg Disembunyikan di Mobil Towing, Pelaku Diciduk di Bakauheni
-
Wasit Beri Penalti, Bhayangkara FC Gigit Jari: Munster: Seharusnya Kami Bawa Poin!
-
Drama Kanjuruhan! Gol Penalti Injury Time Kubur Mimpi Bhayangkara FC di Malang
-
Kasus Bayi Alesha: RSUDAM Lampung Akui Kesalahan, Ombudsman Pantau Ketat Perbaikan Layanan
-
Dokter RSUDAM Lampung Kena Sanksi Jual Beli Alat Kesehatan ke Pasien BPJS