Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Kamis, 19 Agustus 2021 | 09:22 WIB
Ratusan warga Afghanistan memenuhi ruangan dalam pesawat C-17 Globemaster III milik AU AS menuju Qatar dari Kabul, Minggu (15/8/2021). [ANTARA/Courtesy of Defense One/HO via Reuters]

SuaraLampung.id - Berkuasanya Taliban di Afghanistan membuat sebagian warga mengungsi.

Penduduk Afghanistan memilih keluar dari negaranya begitu tahu Taliban menguasai negeri itu. 

Warga berbondong-bondong memenuhi bandara Kabul di Afghanistan hendak keluar dari negara tersebut. 

Salah satu negara tujuan warga Afghanistan ialah Jerman. 

Baca Juga: Kekejaman Taliban, 3 Warga Ditembak Mati karena Mau Kibarkan Bendera Afghanistan

Warga Afghanistan yang tiba di Jerman menceritakan pemandangan kacau dan mengerikan di bandara Kabul sebelum mereka dievakuasi ke tempat aman.

Mereka menyatakan kekhawatiran atas kehidupan orang-orang terkasih yang mereka tinggalkan.

Ketika berbicara tak lama setelah mendarat di bandara Frankfurt pada Rabu (18/8/2021) setelah penerbangan dari Tashkent, sejumlah laki-laki, perempuan, dan anak-anak mengatakan mereka termasuk sedikit orang yang beruntung dievakuasi oleh tentara NATO setelah Afghanistan jatuh ke tangan Taliban lebih cepat dari perkiraan.

"Kami harus memaksa maju dan putra kecil saya jatuh dan kami takut, tetapi kami berhasil," kata seorang perempuan yang berbicara dalam bahasa Jerman dikutip dari ANTARA.

"Kemudian seorang pria Amerika menunjukkan niat baik dan menyadari bahwa kami benar-benar kelelahan. Dia mengambil paspor dan berkata bahwa saya perlu memeriksa apakah ini asli. Kemudian dia berkata 'baiklah, Anda boleh masuk'. Yang lain di belakang menangis dan berbaring di tanah. Menakutkan."

Baca Juga: Nasib Ekonomi Afghanistan di Tangan Taliban

Perempuan itu, putra, dan suaminya, berada di penerbangan pertama dari beberapa penerbangan yang dilakukan oleh Jerman untuk menyelamatkan para warga Afghanistan yang berisiko dari gerilyawan Taliban karena mereka telah bekerja untuk tentara-tentara NATO atau organisasi amal yang didanai Barat.

Seorang perempuan bercadar menyeka air mata, yang lain berbicara di telepon genggam dan para pria menangis saat mereka memeluk anggota keluarga dan para warga Jerman teman-teman mereka yang datang menyambut. 

Tak satu pun dari sedikit orang yang berbicara kepada wartawan menyebutkan nama mereka atau apa yang telah mereka lakukan di Afghanistan.

Di negara itu, banyak orang takut akan pembalasan berlangsung terhadap para anggota keluarga --yang mungkin tidak akan pernah mereka lihat lagi.

"Semua orang ingin keluar," kata suami wanita itu, yang juga berbicara dalam bahasa Jerman sambil menggendong putra mereka.

"Setiap hari lebih buruk dari hari sebelumnya. Kami menyelamatkan diri kami sendiri tetapi kami tidak bisa menyelamatkan keluarga kami."

Kanselir Angela Merkel mengatakan pada pertemuan Partai Demokrat Kristen pada Senin (16/8/2021) bahwa Jerman mungkin perlu memberikan suaka kepada sekitar 10.000 warga Afghanistan, yang bekerja untuk tentara Jerman dan badan-badan pembangunan, juga para aktivis hak asasi manusia dan pengacara.

Partai-partai oposisi di Jerman telah mengkritik pemerintah karena gagal memprediksi jatuhnya Kabul ke tangan Taliban, dan atas apa yang mereka katakan sebagai petualangan militer yang gagal sejak 2001 --yang menelan biaya miliaran euro dan nyawa 59 tentara Jerman.

Partai Alternatif untuk Jerman (AfD) sayap kanan telah mendesak pemerintah untuk melembagakan moratorium permohonan suaka dan menjaga warga sipil Afghanistan di negara-negara tetangga, seperti Pakistan.

Di bandara Frankfurt, seorang pemuda Afghanistan yang mengenakan jaket merah dan putih berbicara tentang kegembiraannya berada di Jerman.

"Sangat cemas karena seluruh keluarga saya masih ada di sana. Tidak mudah untuk meninggalkan mereka dan datang ke sini. Sebagian dari diri saya masih ada di sana. Saya sangat terharu tetapi sebaliknya saya baik-baik saja, terima kasih Tuhan," kata dia.

Sementara itu, seorang gadis kecil yang berdiri bersama orang tuanya berkata dalam bahasa Jerman bahwa "ketika tentara melepaskan tembakan, itu tidak baik karena semua orang ketakutan dan mulai berteriak." (ANTARA)

Load More