Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Rabu, 14 April 2021 | 04:05 WIB
Karen Armstrong. [Wikipedia]

Melihat pemandangan ini membuat Karen tertegun. Ini sangat berbeda dengan di tempat asalnya London. Di London, orang sekuler seperti Ahmed akan mematikan radionya ketika mendengar pembacaan Al kitab.

Benak Karen berpikir entah bagaimana kitab suci ini bisa menyentuh pria keras seperti Ahmed yang telah berusia 50 tahun. Kesan ini jua yang membuat Karen makin tertarik mempelajari Islam.

Puncaknya adalah ketika terbit buku Salman Rushdie Ayat-ayat Setan. Novel ini membuat umat Islam di dunia marah karena isinya menghina Nabi Muhammad SAW.

Sampai-sampai tokoh spiritual Iran Ayatullah Khomeini mengeluarkan fatwa hukuman bagi SAlman Rusdhie dan penerbitnya.

Baca Juga: Tinjau Ketersediaan Kebutuhan Pokok, Ridwan Kamil: Ada Kenaikan Tapi Wajar

Reaksi seperti ini makin membuat citra Islam buruk di mata dunia. Islam dianggap sebagai agama kekerasan. Padahal, kata Karen, Islam sejatinya tidak seperti itu. Atas dasar itulah, Karen menulis buku berjudul Muhammad.

Ia ingin melawan stigma tentang Islam di dunia barat dari sudut pandang orang barat. Lama kelamaan, Karen makin kagum dengan sosok Nabi Muhammad SAW.

Baginya Nabi Muhammad SAW tampil sebagai sosok yang lebih manusia ketimbang Yesus dan Budha.

Menurut Karen, Nabi Muhammad tertawa, menggendong cucu, meratapi kematian sahabat-sahabatnya.

Biarpun mengagumi sosok Nabi Muhammad SAW, Karen tidak lantas menjadi seorang Muslim. Karen tetap memilih sebagai pribadi yang mengakui Tuhan tanpa harus beragama.

Baca Juga: Menengok Buka Puasa Pertama Pengungsi Gempa di Malang

Load More