SuaraLampung.id - Sektor agribisnis masih menjadi primadona di tengah masa pandemi Covid-19 di tahun 2021. Dibanding sektor lain, agribisnis dinilai tetap tumbuh positif di masa pandemi Covid-19.
Karena itu menurut Pengamat pertanian Bungaran Saragih, sektor agribisnis 2021 tetap prospektif bahkan lebih baik dari 2020 walau belum sebaik 2019 di masa pandemi saat ini.
Di tengah ekonomi yang tumbuh negatif, lanjutnya, pertumbuhan sektor agribisnis, khususnya on farm, tetap tumbuh positif dan bahkan menjadi satu-satunya yang positif dalam perekonomian Indonesia.
"Hal ini menjadi suatu harapan, bagi pelaku sistem agribisnis di Indonesia," ujar Bungaran dalam Webinar Outlook Pertanian 2021 yang diselenggarakan majalah Agrina di Jakarta, Rabu (10/3/2021) dilansir dari ANTARA.
Dia mengatakan pandemi COVID-19 yang dimulai awal 2020 berdampak luar biasa, terutama pada kesehatan, namun juga berefek besar pada sosial ekonomi, hal itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang negatif.
Karena itu, menurut Mentan era Presiden Megawati itu, tantangan pembangunan pertanian pada 2021 masih cukup besar.
"Sebenarnya, ini bukan yang pertama, dalam krisis kita yang lalu, sistem agribisnis on farm selalu menjadi pengaman perekonomian kita, bahkan saat 1998 ketika perekonomian krisis, agribisnis booming," katanya.
Namun demikian, menurut dia, tantangan masih tetap ada dan cukup besar.
Masalahnya, masih yang lama juga. Pertama, subsistem agribisnis masih terkotak-kotak. Bahkan on farm dan off farm baik yang hulu dan hilir masih mencari bentuk.
Baca Juga: Pembangunan Lido Music & Arts Cente Diharapkan Serap Banyak Tenaga Kerja
"Semua itu, belum terselesaikan dengan baik," katanya.
Bungaran menilai salah satu contoh sistem agribisnis yang sudah cukup baik adalah dalam komoditas sawit dari mulai hulu hingga hilir, sehingga komoditas lain bisa mencontoh sistem agribisnis sawit.
Tantangan kedua, tambahnya, subsistem on farm di Indonesia masih gurem, bahkan tidak terorganisir dengan baik. Kondisi itu menyebabkan sekat yang besar antara on fram dan off farm.
Karena itu, untuk mengatasi kondisi tersebut, Bungaran berharap pemerintah menggerakkan kembali sistem koperasi, apalagi di negara kapitalis pun pertanian gurem dikoordinasikan dalam koperasi.
"Saat ini, saya tidak melihat pengembangan koperasi. Akibatnya petani gurem sulit berhubungan dengan off farm dan menyebabkan daya saing sistem agribisnis kita rendah," ujarnya.
Dengan mengatasi dua tantangan itu, Bungaran yakin tidak hanya untuk perbaikan pada 2021, tapi juga dalam jangka panjang, akan meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pemain Terbaik Liga 2: Saya Siap Gantikan Ole Romeny!
- Pemain Arsenal Mengaku Terbuka Bela Timnas Indonesia
- 3 Pemain Timnas Indonesia U-23 yang Perlu Diparkir saat Lawan Malaysia
- Pemain Keturunan Rp225 Miliar Tolak Gabung Timnas Indonesia, Publik: Keluarga Lo Bakal Dihujat
- 4 Sedan Bekas Murah di Bawah Rp 30 Juta: Perawatan Mudah, Cocok untuk Anak Muda
Pilihan
-
FULL TIME! Timnas Indonesia U-23 ke Semifinal, Malaysia Tersingkir
-
Spanduk-spanduk Dukungan Suporter Timnas U-23: Lari Ipin Lari Ada King Indo
-
Statistik Babak Pertama Timnas Indonesia U-23: Penyelesaian Akhir Lemah!
-
Hasil Babak Pertama Timnas Indonesia U-23 vs Malaysia
-
Cahya Supriadi Tampil, Ini Daftar Susunan Pemain Timnas Indonesia U-23 vs Malaysia
Terkini
-
Juli Panen Rezeki! Bulog Lampung Salurkan 14.659 Ton Beras Bantuan Pangan
-
Makin Diandalkan Masyarakat, AgenBRILink Bukukan Volume Transaksi Rp843 Triliun
-
Kopdes Way Urang Jadi Percontohan, Apa Saja Keunggulannya?
-
Lampung Provinsi Tercepat Bentuk Koperasi Desa Merah Putih Se-Indonesia
-
Kepala Balita Terjepit Kaleng Biskuit, Ini Cara Damkar Bandar Lampung Melepasnya