Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Minggu, 14 Februari 2021 | 11:03 WIB
Ilustrasi Din Syamsuddin. Din Syamsuddin pernah disindir Cak Nun mengenai tahlilan [Antara]

SuaraLampung.id - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dituduh radikal. Penuduh Din Syamsuddin radikal adalah Gerakan Anti Radikalisme Alumni ITB (GAR ITB).

GAR ITB menuding Din Syamsuddin adalah tokoh Islam radikal. Mereka pun melaporkan Din Syamsuddin ke Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) karena status Din sebagai dosen UIN Syarif Hidayatullah. 

Benarkah Din Syamsuddin adalah sosok radikal? Tuduhan ini mendapat tentangan dari berbagai tokoh Islam. Mereka menilai Din Syamsuddin adalah tokoh Islam moderat. 

Terkait tuduhan terhadap Din Syamsuddin radikal, banyak yang tidak tahu bahwa Din Syamsuddin adalah tokoh Muhammadiyah yang bisa tahlilan

Baca Juga: Ketua MUI: Radikal dan Intoleran Jadi Senjata Bungkam Orang Tak Disukai

Dalam khazanah Islam di Indonesia, dua ormas Islam terbesar di Indonesia memiliki perbedaan pendapat mengenai tahlilan. NU memperbolehkan tahlilan sementara Muhammadiyah melarang tahlilan. 

Biarpun bagian dari Muhammadiyah, Din adalah orang yang hafal bacaan tahlil dan pernah ikut tahlilan. Ini terjadi saat peringatan tujuh hari wafatnya pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng Sholahuddin Wahid alias Gus Sholah. 

Dilansir dari YouTube Tebuireng Official, pada acara tujuh hari wafatnya Gus Sholah, diundang beberapa tokoh Islam seperti Din Syamsuddin dan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun

Pada acara yang terjadi Februari 2020 lalu, Cak Nun sempat menyindir Din Syamsuddin mengenai tahlilan. " Bayangkan malam hari ini mantan Ketua Umum Muhammadiyah pak Din Syamsuddin ikut tahlilan," ujar Cak Nun.

Saat tahlilan, Cak Nun duduk di samping Din Syamsuddin. "Dia itu di samping, saya, tak lirik-lirik hafal ga nih. ternyata hafal," canda Cak Nun disambut tawa jamaah.

Baca Juga: Din Syamsuddin Dituduh Radikal, Fadli Zon: Penuduh Terbatas Pengetahuannya

Menurut Cak Nun, dirinya selalu menyebut nama Din Syamsuddin saat membahas hukum merokok. Kata Cak Nun, tidak lazim kalau kiai NU tidak merokok. Sementara di Muhammadiyah, menurut Cak Nun, ada dua mazhab mengenai hukum merokok.

Dua mahzab yang dimaksud Cak Nun adalah Muhammadiyah Malikiyah dan Muhammadiyah Syafiiyah. "Malikiyah boleh merokok karena Pak Malik Fadjar merokok terus. Kalo Muhammadiyah Syafiiyah itu tidak boleh merokok karena Pak Syafii Maarif tidak merokok," kelakar Cak Nun.

"Nah Pak Din itu merokok kalo hanya Dji Sam Soe. makanya kalo ketemu dia sapa Din Samsu Din. namanya aja Syamsuddin," candanya lagi. 

Din Syamsuddin membalas candaan Cak Nun mengenai dirinya soal tahlil. "Cak Nun tadi underestimate, meremehkan sedikit bernada melecehkan saya seolah-olah saya tidak bisa tahlilan," ujar Din di acara yang sama.

"Padahal kalo ada tahlilan babak kedua saya siap memimpinnya. tapi jangan malam ini," lanjut dia. Menurut Din, tahlilan sudah menjadi bagian hidupnya waktu kecil.

Karena bapak Din Syamsuddin bernama Syamsuddin adalah tokoh NU. "Maka saya sebagai putranya disekolahkan di sekolah NU, MI dan MTS NU di Sumbawa," tuturnya.

Din juga pernah terpilih sebagai ketua pelajar maka jadilah ia menjabat sebagai Ketua Ikatan Pelajar NU. "Saya bersyukur pernah hidup di dua dunia. Waktu kecil di NU waktu dewasa di Muhammadiyah, maka insya allah kalo mati masuk surga," ucap Din. 

Load More