Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Rabu, 20 Januari 2021 | 06:18 WIB
Ilustrasi Covid-19 (Foto: Antara)

SuaraLampung.id - Anggapan perokok rentan terpapar Covid-19 tidak sepenuhnya benar.

Ini terlihat dari sebuah survei yang dilakukan Council of Scientific and Industrial Research mengenai perokok dan Covid-19.

Hasil survei lembaga itu menemukan perokok dan vegetarian justru memiliki seropositif yang lebih rendah.

Hal ini menunjukkan bahwa mereka mungkin berisiko lebih rendah terkena virus corona.

Baca Juga: Gerakan Nasional Donor Plasma Konvalesen, Penyintas COVID-19 Berpartisipasi

Survei itu juga menemukan bahwa mereka yang bergolongan darah O mungkin tidak rentan terhadap infeksi virus. Sedangkan, orang yang bergolongan darah B dan AB berisiko lebih tinggi.

Pada studi ini, Council of Scientific and Industrial Research (CSIR) mengambil sampel 10.427 orang dewasa yang bekerja di laboratorium atau institusi dan anggota keluarganya. Studi ini menilai keberadaan antibodi terhadap SARS-CoV-2 yang menyebabkan virus corona Covid-19.

Studi yang dipimpin oleh CSIR-Institute of Genomics and Integrative Biology (IGIB), Delhi menyebutkan sebanyak 10.14 persen dari 10.427 orang memiliki antibodi SARS-CoV-2.

Tindak lanjut pada 346 orang seropositif setelah 3 bulan mengungkapkan tingkat antibodi yang masih stabil dan tinggi terhadap virus corona. Tapi, Shantanu Sengupta, ilmuwan senior di IGIB mengatakan aktivitas plasma untuk menetralkan virus corona menurun.

Selama 6 bulan, pengambilan sampel berulang dari 35 orang menunjukkan penurunan kadar antibodi penetral yang tetap stabil dibandingkan 3 bulan sebelumnya. Tapi, antibodi normal maupun antibodi penetral masih jauh di atas ambang batas yang sesuai syarat.

Baca Juga: Penyintas COVID-19 Jadi Donor, Penuhi Antrean Permintaan

"Kami menemukan perokok cenderung tidak seropositif adalah laporan pertama. Meskipun Covid-19 adalah penyakit pernapasan tapi temuan ini menunjukkan bahwa merokok justru melindungi seseorang," kata peneliti dikutip dari Times of India.

Studi ini juga mengutip dua penelitian dari Prancis dan Italia serta New York dan China, yang melaporkan tingkat infeksi virus corona lebih rendah di antara perokok.

Mereka juga mengevaluasi faktor risiko yang diisi oleh para peserta melalui online. Mereka mendapatkan informasi geografis, golongan darah, jenis pekerjaan dan kebiasaan seperti merokok dan alkohol, diet, riwayat kesehatan dan jenis trasnportasi yang digunakan.

Studi menemukan bahwa seropositif lebih tinggi ditemukan pada mereka yang menggunakan transportasi umum dan pekerjaan seperti keamanan, petugas rumah tangga, non-perokok dan non-vegetarian.

Pada Juli 2020, Kementerian Kesehatan Serikat mengatakan perokok cenderung lebih rentan terhadap virus corona, karena meningkatkan kemungkinan penularan virus dari tangan ke mulut.

Pihaknya juga memeringatkan bahwa penggunaan produk tembakau dapat meningkatkan keparahan infeksi saluran pernapasan dan membuat orang rentan terhadap virus corona.

Dalam dokumennya 'Pandemi COVID-19 dan Penggunaan Tembakau di India', kementerian mengatakan para ahli telah mengonfirmasi bahwa perokok lebih mungkin mengembangkan gejala parah.

Bahkan mereka juga berisiko meninggal karena virus corona. Sebab, penyakit itu menyerang paru-paru sehingga mereka memeringatkan agar tidak menggunakan apapun dari produk semacam itu.

Load More