Kisah Pilu di Balik Jeruji Rantai: Keluarga Miskin yang Terpaksa Ikat Anak di Mesuji

sebuah keluarga yang terjerat masalah karena sang ibu terpaksa merantai anaknya demi bertahan hidup.

Wakos Reza Gautama
Selasa, 21 Oktober 2025 | 14:47 WIB
Kisah Pilu di Balik Jeruji Rantai: Keluarga Miskin yang Terpaksa Ikat Anak di Mesuji
Wagub Lampung Jihan Nurlela menemui anak yang dirantai orang tuanya di Mesuji. [Dok Diskominfotik Lampung]
Baca 10 detik
  • Pemerintah Lampung mendampingi keluarga terjerat hukum di Mesuji
  • Ibu merantai anak karena masalah ekonomi dan kesehatan
  • Pendekatan holistik diberikan untuk keluarga sangat miskin ini

SuaraLampung.id - Sebuah kisah memilukan mengguncang Kabupaten Mesuji. Bukan hanya soal hukum, tetapi juga potret buram kemiskinan ekstrem, kesehatan, dan beban psikologis yang tak terperikan.

Pemerintah Provinsi Lampung dan Kabupaten Mesuji turun tangan langsung, memberikan pendampingan intensif kepada sebuah keluarga yang terjerat masalah karena sang ibu terpaksa merantai anaknya demi bertahan hidup.

Wakil Gubernur Lampung, Jihan Nurlela, mengungkapkan keprihatinannya mengenai kisah ibu yang merantai anaknya di Mesuji.

"Ini bukan sekadar masalah hukum biasa. Kami melihatnya sebagai persoalan multidimensional: kesehatan, psikologis, dan yang paling mendasar, ekonomi," ujarnya, Selasa (21/10/2025).

Baca Juga:Bagaimana Potensi Wisata Halal di Lampung? Begini Kata Wagub Jihan

Keluarga ini, yang masuk kategori desil 1,  kelompok masyarakat paling miskin, hidup dalam kondisi yang sangat rentan, bahkan tanpa rumah tinggal tetap.

Sang ayah berjuang sebagai buruh tani harian lepas, sementara sang ibu mengemban tugas berat merawat dua buah hatinya yaitu S (6 tahun) dan T (2 tahun).

Tragisnya, anak T menderita penyakit jantung bawaan dan labiopalatoskizis (bibir sumbing) yang mengharuskannya menjalani pemeriksaan rutin bulanan. Kondisi ini juga menyebabkan T mengalami stunting.

Setiap kali harus membawa T berobat dengan keterbatasan transportasi dan dana, sang ibu dihadapkan pada dilema mengerikan.

"Karena keterbatasan ekonomi dan tidak memungkinkan membawa dua anak sekaligus dengan sepeda motor, sementara sang ayah bekerja sebagai buruh tani harian lepas," jelas Wagub Jihan.

Baca Juga:Keracunan Makanan Hantui Lampung, Wagub Jihan: Perketat Pengawasan MBG

"Keputusan mengikat anak S diambil agar tidak bermain ke sungai atau jalan raya, mengingat ada pengalaman kejadian sebelumnya," tambah Jihan.

Pemerintah daerah tidak tinggal diam. Pendekatan komprehensif langsung digalakkan. "Kita harus melihat dari berbagai sisi. Ini masalah yang saling berkaitan dan harus diselesaikan secara menyeluruh," tegas Jihan Nurlela.

Beberapa langkah konkret yang telah dan akan dilakukan:

  • Intervensi Gizi & Kesehatan: Rumah sakit telah diminta melakukan asesmen menyeluruh untuk anak S dan T. Dokter akan menjemput mereka untuk pemeriksaan lanjutan, termasuk persiapan tindakan medis dan kemungkinan operasi untuk penyakit bawaan anak T.
  • Pendampingan Psikologis: Kedua anak akan mendapatkan pendampingan khusus untuk memulihkan kondisi psikologis mereka.
  • Solusi Ekonomi & Sosial: Pemerintah akan mencari jalan keluar atas kesulitan ekonomi dan sosial yang dihadapi keluarga ini, mulai dari penanganan medis hingga mencari solusi jangka panjang.

"Pemerintah Provinsi Lampung dan Pemerintah Kabupaten Mesuji menilai bahwa kasus ini tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi melainkan harus ada penanganan secara holistik," pungkas Jihan Nurlela.

Pemerintah berharap, dengan pendampingan intensif ini, keluarga tersebut bisa bangkit dan mendapatkan kehidupan yang lebih layak. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini