Tanggamus Diguncang Gempa Semalam

Getaran kuat dirasakan di Kota Agung dan Limau

Wakos Reza Gautama
Sabtu, 27 September 2025 | 07:38 WIB
Tanggamus Diguncang Gempa Semalam
Ilustrasi gempa bumi di Tanggamus. [unsplash]
Baca 10 detik
  • Gempa bumi terjadi di Kabupaten Tanggamus pada Jumat (26/9/2025) pukul 21:55 WIB
  • Gempa berkekuatan magnitudo 4,5
  • Sejauh ini belum ada laporan kerusakan dari warga walau getarannya sangat terasa di beberapa tempat

SuaraLampung.id - Gempa bumi terjadi di Kabupaten Tanggamus pada Jumat (26/9/2025) pukul 21:55 WIB berkekuatan magnitudo 4,5. Gempa dengan kedalaman hanya lima kilometer ini berpusat di darat, tepatnya 19 kilometer barat laut Tanggamus.

Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan episenter gempa berada pada koordinat 5,47 LS dan 104,51 BT.

Getaran kuat dirasakan di Kota Agung dan Limau dengan skala intensitas II-III MMI, di mana getaran nyata terasa di dalam rumah, seolah truk besar melintas.

Bahkan, di Semaka, intensitas gempa mencapai III-IV MMI, menyebabkan jendela dan pintu berderik, serta dinding berbunyi. Hingga kini belum ada laporan kerusakan signifikan.

Baca Juga:Jembatan Gantung Tampang Muda Ditargetkan Selesai Akhir September, Akses Sekolah Kembali Normal

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada akan gempa susulan, sebuah kewaspadaan yang seharusnya menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup di Indonesia.

Gempa Tanggamus hanyalah satu dari sekian banyak pengingat pahit tentang posisi Indonesia di "cincin api" Pasifik.

Data mengejutkan dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) seharusnya membuat kita merinding: sebanyak 150 juta penduduk Indonesia hidup di kawasan rawan gempa bumi.

Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, dengan gamblang menjelaskan akar masalahnya. Indonesia adalah titik pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, menciptakan jalur subduksi sepanjang 7.000 kilometer dan lebih dari 3.000 kilometer jalur sesar aktif. Jalur-jalur inilah yang menjadi mesin pemicu gempa bumi yang tak terhindarkan.

"Berdasarkan catatan sejak tahun 2000, dari jumlah sebaran itu sekitar 250 ribu jiwa meninggal akibat gempa bumi," ungkap Wafid.

Baca Juga:Detik-Detik Penyelamatan Nenek Samiyem: Hilang Dua Hari, Ditemukan Hidup di Dasar Sumur 18 Meter!

Pemerintah, melalui Badan Geologi, memang terus berupaya memperkuat mitigasi. Penyusunan peta rawan bencana gempa, tsunami, hingga tanah longsor menjadi acuan penting bagi pemerintah daerah.

Namun, Wafid memberikan penekanan krusial yang sering terabaikan: kesadaran masyarakat akan potensi bencana sangat penting.

"Indonesia adalah laboratorium alam bagi bencana geologi," tegasnya. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini