SuaraLampung.id - Raja Dangdut Rhoma Irama pernah terseret dalam peristiwa Tanjung Priok pada tahun 1984. Gara-gara itu, Rhoma sampai diperiksa oleh tentara.
Rhoma Irama menceritakan pengalaman masa lalunya ini saat berbincang dengan Rocky Gerung di acara podcast di Youtube RGTV Channel ID.
Menurut Rhoma, saat peristiwa Tanjung Priok terjadi sedang syuting Film Pengabdian di Pasuruan, Jawa Timur. Pelantun Begadang ini baru tahu ada kerusuhan di Tanjung Priok saat menonton berita di televisi usai syuting.
Terus ada telepon dari istri saya almarhumah Veronika. 'Pa, jangan pulang dulu, dicari orang-orang bersenjata telanjang. Mana Rhoma, mana Rhoma.' Isu yang berkembang saat itu, mubaligh, ulama, ditangkapi, digebuki, dimatiin," cerita Rhoma.
Baca Juga:Raga Bergoyang walau Hati Mengerang: Saat Gelombang Dangdut Koplo Menggulung Anak Kota hingga Istana
Sebelum peristiwa Tanjung Priok meletus, Rhoma pernah ikut tabligh di sana. Ketika mau sedang panas soal wacana menggolkan azas tunggal Pancasila.
Umat Islam saat itu kata Rhoma Irama, menentang azas tunggal Pancasila karena menganggap agama mau ditiadakan diganti Pancasila. Umat Islam merespons dengan menggelar tabligh-tabilgh anti azas tunggal.
"Saya kebetulan sebelum peristiwa itu pernah tabligh di situ bersama Amir Biki dan ulama-ulama. makanya saya yang termasuk dicari," ujar Rhoma.
Tahu dicari-cari aparat, Rhoma sempat kucing-kucingan. Akhirnya ia berpikir kenapa harus sembunyi ketika tidak punya kesalahan apapun. Ia pun memutuskan untuk mendatangi kantor Pelaksana Khusus (Laksus) di Kramat 5.
Kedatangan Rhoma ke kantor Laksus membuat kaget petugas di sana. "Saya datang bukan ditangkap. karena dengan keyakinan, saya ga punya salah," ujar Rhoma.
Baca Juga:Rhoma Irama Berharap Anaknya Hanya Pakai Narkoba, Tidak Keluar Agama
Di sana Rhoma menjalani proses pemeriksaan sampai tengah malam. Selesai di BAP, Rhoma izin pulang tapi ternyata tidak diperbolehkan aparat Laksus dengan alasan masih proses pemeriksaan.
Rhoma lalu dibawa ke ruangan belakang yang ternyata ada tiga buah sel. Di sel kiri dan kanan sudah berisi orang. Sementara yang tengah masih kosong. Petugas lalu membuka pintu sel tengah dan meminta Rhoma masuk ke situ. Rhoma menolak.
"Itu kan tempat orang bersalah, saya salah apa? Buktikan dulu saya bersalah. Kalau saya tidak bersalah bukan tempat saya di situ," ujar Rhoma kepada petugas tersebut.
"Tapi ini prosedur, jangan sampai kita dengan paksa," ancam si petugas.
"Tidak bisa pak. Selama nyawa saya masih hidup, saya ga akan mau masuk situ. Bunuh saya dulu baru masukin saya ke situ," Rhoma ngotot menolak masuk sel.
Akhirnya Rhoma Irama memutuskan menelepon Try Sutrisno, Pangdam Jaya. "Akhirnya saya disuru tidur di kamar atas, kamar komandan," ujar Rhoma.
Bekalnya kebenaran.