Penembakan Massal di Thailand Dilakukan Pecatan Polisi, Pelaku juga Tembak Istri dan Anaknya

Akibat penembakan massal itu, sebanyak 34 orang dikabarkan meninggal dunia

Wakos Reza Gautama
Kamis, 06 Oktober 2022 | 18:46 WIB
Penembakan Massal di Thailand Dilakukan Pecatan Polisi, Pelaku juga Tembak Istri dan Anaknya
Ilustrasi penembakan. Pecatan polisi di Thailand lakukan penembakan massal di pusat penitipan anak. [Antara]

SuaraLampung.id - Seorang mantan polisi melakukan penembakan massal di sebuah pusat penitipan anak di Kota Uthai Sawan, di provinsi timur laut Nong Bua Lamphu, Thailand, Kamis (6/10/2022). 

Akibat penembakan massal itu, sebanyak 34 orang dikabarkan meninggal dunia di mana 22 diantaranya merupakan anak-anak. 

Pelaku juga menembak istri dan anaknya sendiri sebelum akhirnya menembak dirinya sendiri. Menurut kepolisian, pelaku diberhentikan dari dinas karena alasan terkait narkoba.

Sekitar 30 anak berada di pusat penitipan anak ketika pria bersenjata itu datang pada sekitar jam makan siang, kata pejabat daerah Jidapa Boonsom kepada Reuters.

Baca Juga:Anak Umur 2 Tahun dan Ibu Hamil Jadi Korban Penembakan Massal di Thailand, Korban 34 Orang

Pria tersebut pertama-tama menembak empat atau lima staf, termasuk seorang guru yang sedang hamil delapan bulan, kata Jidapa.

"Awalnya orang-orang mengira itu adalah kembang api," katanya menambahkan.

Beberapa rekaman video yang diunggah di media sosial menunjukkan lembaran yang menutupi jasad anak-anak yang tergeletak bersimbah darah di pusat penitipan anak di Kota Uthai Sawan, di provinsi timur laut Nong Bua Lamphu.

Reuters belum dapat segera mengautentikasi rekaman video tersebut.

Sebelumnya, kepolisian mengatakan perburuan untuk mengejar pelaku penembakan sedang dilakukan, sementara juru bicara pemerintah mengatakan perdana menteri telah memperingatkan semua lembaga untuk menangkap pelaku.

Baca Juga:Penembakan Massal di Thailand Tewaskan 33 Orang Termasuk Anak-anak, Bagaimana Kondisi WNI?

Penembakan massal jarang terjadi di Thailand, meskipun tingkat kepemilikan senjata cukup tinggi dibandingkan beberapa negara lain di kawasan itu, dan senjata ilegal adalah hal biasa di negara itu.

Pada 2020, seorang tentara yang marah karena gagalnya kesepakatan properti membunuh sedikitnya 29 orang dan melukai 57 orang dalam aksi amukan yang berlangsung di empat lokasi. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini