"Makanya ketika kita ganti jadi bahasa Indonesia, itu kayak pakai baju yang sudah pas gitu. Mungkin kalau saya mengadaptasi film dari Amerika, bukan Asia, yang kulturnya berbeda sekali, mungkin itu akan susah. Tapi kalau sesama Asia, sebetulnya kita masih relate. Jadi saya tidak neko-neko di film ini," lanjutnya.
Kendati demikian, Hanung tetap merasa tertantang membuat remake dari film ini. Sebab, dia harus mengungguli versi original dari "Miracle Cell In No.7". Sebab, film ini telah mengandung pesan yang menarik untuk masyarakat.
"Tantangan terberat itu mengungguli filmnya (versi orginal). Dari sisi sinematografi, akting, bagaimana orkestra dari para napi ini. Karena di film itu yang luar biasa buat saya dunia luar penjara, itu menyeramkan sekali. Tapi ketika masuk di sel kok justru lebih manusiawi ya," jelas Hanung.
"Di luar, orang normal ini begitu jahat sekali dengan orang yang nggak normal. Mereka dengan gampang melihat 'Lu kan nggak normal. Lu bahaya buat kita.' itu di luar penjara. Tapi ketika di dalam penjara, para napi justru sama orang yang dianggap nggak normal tadi malah bersahabat. Jadi saya nggak terlalu banyak mengubah apapun," tutupnya. (ANTARA)
Baca Juga:Bukan Plagiat, Vino G Bastian Tegaskan Film Miracle In Cell No 7 Punya Izin Remake, Apa Artinya?