Hasil Studi: Orang Lebih Banyak Mimpi Buruk di Masa Pandemi COVID-19

lebih banyak mimpi dan mimpi buruk daripada biasanya pada tahap awal pandemi COVID-19.

Wakos Reza Gautama
Jum'at, 29 Juli 2022 | 12:10 WIB
Hasil Studi: Orang Lebih Banyak Mimpi Buruk di Masa Pandemi COVID-19
Ilustrasi Mimpi Buruk. Hasil studi menyebutkan orang lebih banyak mengalami mimpi buruk di masa pandemi COVID-19. [Pixabay.com]

SuaraLampung.id - Studi baru bertajuk "Journal of Sleep Research" dari Monash's Turner Institute for Brain and Mental Health, menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 mengubah pengalaman bermimpi 45 persen orang dalam survei tersebut.

peneliti utama, dosen dan psikolog di Monash's Turner Institute Dr. Melinda Jackson menuturkan, banyak yang melaporkan mengalami lebih banyak mimpi dan mimpi buruk daripada biasanya pada tahap awal pandemi COVID-19.

"Mimpi-mimpi ini dijelaskan dalam definisi tinggi – lebih hidup dan berwarna dari biasanya, dengan peningkatan kejernihan visual – tetapi sering kali memiliki perubahan yang aneh," kata Melinda Jackson, dalam keterangan pers, Jumat (29/7/2022).

Lebih lanjut, Dr. Jackson mengatakan "mimpi pandemi" ini memiliki "valensi" atau nada yang lebih negatif, dengan peserta melaporkan lebih banyak mimpi buruk, memimpikan skenario menakutkan atau mengancam seperti perang dan bencana.

Baca Juga:Pandemi Bikin Orang Mimpi Buruk

"Ada 'tema bertahan hidup' yang nyata untuk mimpi pandemi," kata Hailey Meaklim, psikolog dan kandidat PhD yang memimpin studi dengan Dr. Jackson.

Hubungan antara kurang tidur dan mimpi

Tidak semua orang yang disurvei mengalami tingkat perubahan mimpi yang sama. Para peneliti menemukan orang yang mengalami kesulitan tidur – dengan insomnia – lebih mungkin melaporkan perubahan mimpi daripada individu yang terus tidur nyenyak selama pandemi.

Secara khusus, orang yang mengalami insomnia selama pandemi memiliki proporsi perubahan mimpi tertinggi (55 persen), dibandingkan dengan mereka yang memiliki insomnia sebelumnya (45 persen), atau mereka yang tidur dengan baik (36 persen).

Para peneliti menggunakan analisis Linguistic Inquiry Word Count untuk membandingkan bahasa yang digunakan oleh partisipan untuk menggambarkan mimpi mereka. Peserta dengan insomnia menggunakan kata-kata negatif secara signifikan lebih untuk menggambarkan perubahan mimpi mereka daripada orang-orang yang tidur nyenyak.

Baca Juga:Yudisium Online, Muka Cewek Ini Hilang saat Pakai Virtual Background

"Secara keseluruhan, penderita insomnia, ketika akhirnya tertidur, memiliki mimpi yang lebih negatif dan menakutkan daripada orang yang tidur nyenyak," kata Meaklim.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini