Saat itu Irfan yakin akan lulus tes mengingat ia adalah anak seorang jenderal ketika itu. Saat hari pengumuman tiba, pantia menyebutkan nama-nama peserta.
"Yang disebut disuruh masuk tronton. Ada gua juga di situ. Ada feeling gua ga ke terima nih. Muka-muka orang di samping, depan gua ada yang kebingungan, ada yang uda nangis duluan. Baru di situ nama-nama yang disebut dengan sangat menyesal belum rezeki," paparnya.
"Di situ walau niat gua setengah, hancur juga gua saat itu. Wah gua bakal ngecewain orang tua. Di saat itu juga gua naik bus dari Semarang ke Jakarta disambut sama nyokap. Terus mereka dengan muka sedih meluk gua. Berurai air mata," kenang Irfan.
Menurut Irfan, sebenarnya cita-cita dia jika memang lulus Akpol hanya ingin menjadi Kapolsek Kemang.
Baca Juga:Patung Jenderal Sudirman Jadi Sasaran Vandalisme, Lurah Sebut Pelaku Tidak Diketahui
"Cita-cita gua kalo lulus jadi polisi cuma pengen jadi Kapolsek Kemang. Karena dekat rumah. Di situ banyak bar, klub, ya duitnya banyak. Jadi kalo pengen nakal, terfasilitasi," ujarnya.
Tak terima Akpol bukan akhir segalanya bagi Irfan karena memang dirinya tidak bercita-cita menjadi polisi seperti ayahnya.
Irfan melanjutkan kuliah hingga kini akhirnya ia menjadi arsitek yang memang menjadi cita-cita sejak kecil. Lewat profesinya ini Irfan mengatakan bisa membantu keluarganya.
"Yang paling utama hidup gua ga dikontrak ama orang. Gua bersyukur gua ga terlibat dalam instansi apapun," ucapnya.
Selain menjadi arsitek, Irfan juga menggeluti dunia musik dengan menjadi personel band metal Gigantor.
Baca Juga:Mulai 2024 Bakal Berkantor di IKN, Korps Brimob Bakal Dipimpin Jenderal Bintang Satu
"Gua uda bikin band gua uda masuk kuliah, gua uda berkreasi, gua uda berkarya menurut gua itu sebuah endorfin ya. Endorfin itu bikin kita happy itu salah satu cara gua happy gua membuat karya-karya gua," terang Irfan.