SuaraLampung.id - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau dikenal dengan nama Gus Baha adalah seorang kiai kharismatik Nahdlatul Ulama (NU).
Dalam kepengurusan PBNU periode 2022-2027, Gus Baha dipercaya sebagai Rais organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Sebagai bagian dari pengurus, Gus Baha ternyata tidak pernah mengikuti rapat-rapat di PBNU.
Gus Baha mengungkap alasan mengapa dirinya selama ini tidak pernah ikut rapat di PBNU saat memberi sambutan di acara Peringatan Malam Nuzulul Quran yang diselenggarakan PBNU.
Baca Juga:Tanggapi Anggota Banser Ditampar Kiai Syukron Ma'mum, Guntur Romli: Jaga Gereja Itu Perintah Gus Dur
Gus Baha ikut memberi sambutan secara virtual dari Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA di Rembang, Jawa Tengah.
"Saya mohon maaf ga bisa datang, memang mungkin sebaiknya ga datang karena saya sedang ngaji pasangan, ngaji kilatan," ujar Gus Baha dikutip dari YouTube OFFICIAL LP3IA.
Gus Baha lalu menganalogikan ketidakhadirannya di acara PBNU itu dengan rapat ketahanan pangan.
"Saya sering cerita ke orang-orang, kalau ada rapat ketahanan pangan yang rapat itu baik karena ngatur ketahanan pangan. Tapi yang ga rapat nanam padi juga itu baik karena itu yang riil mempertahankan pangan," kata dia.
Menurut Gus Baha jika semua orang rapat ketahanan pangan maka siapa yang akan bertugas menanam padi. Begitu sebaliknya, jika semua menanam padi maka siapa yang mengkoordinasikan distribusi padi ke masyarakat.
Baca Juga:Bendahara Umum PBNU Jadi Saksi Kasus Korupsi, 1.000 GP Ansor dan Banser Turun Kawal Persidangan
"Jadi kalo semuanya rapat, yang nanam padi siapa, kalo semuanya nanam padi yang koordinasi supaya dikirim kemana, diatur bagaimana itu butuh rapat. Tapi riil kebutuhan padi itu butuh menanam," ujar dia.
"Ini yang saya kagum dari pengurus PBNU. Jadi ada beberapa kiai yang ga ikut rapat di kantor seperti saya. Tapi saya selalu mengajarkan kitab Risalah Mbah Hasyim Asyari tentang Ahlus Sunnah wal Jamaah," tambahnya.
Menurut Gus Baha, anggap saja dirinya adalah seorang yang menanam padi tapi tidak ikut rapat ketahanan pangan.
"Sehingga anggap saja, saya ini nanam padi tapi tidak ikut rapat ketahanan pangan. Dan itu harus dianggap lazim saja dalam perbedaan-perbedaan itu," ungkapnya.