Menurutnya, Gus Dur adalah seorang tokoh intelektual besar yang dibentuk oleh keluasan pengetahuan dan pengalaman hidupnya.
Gus Dur dinilai sebagai seorang penjelajah di dalam ilmu karena ia mempelajari semua ilmu tidak hanya terbatas pada wawasan-wawasan islam.
Gus Yahya juga menilai, Gus Dur ditempa dalam pengalaman hidup dimana ia berhadapan dengan berbagai macam krisis terkait masalah-masalah besar yang dialami oleh umat Islam, oleh bangsa dan negara.
Maka, Gus Dur kemudian terbentuk menjadi seorang pemimpin yang sungguh-sungguh mencintai bangsa, mencintai umat, dan mencinta kemanusiaan.
Baca Juga:Memori Lawas Ramadhan: Gus Dur Tawarkan Salat Tarawih Dua Versi, Soeharto Pilih Yang Ada 'Diskon'
"Kesan yang saya dapatkan adalah saya yakin sekali beliau itu waliyullah (wali Allah). Itu yang paling mendalam dan cara yang paling singkat mendeskripsikannya ketiak saya mendampingi beliau di Istana," ujar Gus Yahya.
"Saya mengenal Gus Dur sejak lama, dan saya juga mengalami perubahan berkat Gus Dur, saya berubah dulu sekitar tahun 70an ada suasana baik domestik maupun global ketika islam berada dalam posisi konfliktual dihadapkan dengan aktor-aktor lain, aktor-aktor kekuasaan," katanya.
Di domestik berhadapan dengan rezim orde baru, sehingga menjadikan Islam sebagai ideologi perlawanan, namun Gus Dur dengan wacana-wacana yang beliau bangun, dengan ketekunan beliau untuk membina anak-anak muda berhasil mengubah mindset gerenasi muda saat itu.
"Gus Dur berhasil mengubah mindset saya dan kawan-kawan generasi saya untuk berpikir cara lain, daripada melawan untuk menghancurkan, kenapa kita tidak menyumbang, berkontribusi untuk menyempurnakan saja? Ini prinsip mendasar dari Gus Dur," ucap Gus Yahya. (ANTARA)
Baca Juga:Kisah Puan Maharani Meminta Izin Megawati Soekarnoputri Bangun Masjid At Taufiq di Kantor PDIP