SuaraLampung.id - Para ahli menciptakan tembakau alternatif bagi para perokok yang kesulitan meninggalkan kebiasan merokok. Tembakau alternatif ini mengandung nikotin tapi tidak mengandung TAR.
Lembaga eksekutif Departemen Kesehatan Inggris (Public Health England/PHE) dalam "Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products 2018" menyebutkan tembakau alternatif, semisal tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik, memiliki risiko lebih rendah hingga 95 persen daripada konsumsi rokok konvensional karena pembakaran tembakau menghasilkan residu asap (TAR).
Berdasarkan data National Cancer Institute Amerika Serikat, TAR mengandung berbagai senyawa karsinogenik pemicu kanker. Dari sekitar 7.000 bahan kimia yang ada pada asap rokok, 2.000 di antaranya terdapat pada TAR.
Sedangkan zat nikotin, Head of Medical Community Alodokter Alni Magdalena menjelaskan, bahwa individu yang terbiasa merokok telah mengalami adiksi terhadap nikotin dalam rokok. Namun bukan nikotin yang memberikan dampak paling buruk, melainkan TAR.
Baca Juga:Heboh Pria Merokok Malah Keluar Kembang Api, Warganet: Langsung Trauma
“Perlu diketahui bahwa nikotin bukan penyebab utama dari berbagai penyakit terkait merokok, melainkan TAR,” kata Alni dalam keterangannya dikutip Kamis (2/12/2021) dikutip dari ANTARA.
Agar terhindar dari bahaya rokok, Alni menyarankan perokok dewasa untuk berhenti langsung dari kebiasaan merokok (zero risk). Namun, apabila strategi tersebut sulit dilakukan, maka konsep pengurangan risiko melalui produk tembakau alternatif dapat menjadi solusi potensial, setidaknya untuk mengurangi risiko TAR.
"Jadi dalam hal risiko, produk tembakau alternatif memiliki potensi risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok. Produk itu dapat menjadi pilihan yang berpotensi lebih rendah risiko untuk perokok dalam upaya mengurangi (risiko) kesehatan akibat rokok,” ungkap Alni.
Produk alternatif juga diklaim dua kali lebif efektif untuk membantu berhenti merokok dibandingkan terapi pengganti nikotin, permen karet nikotin, nikotin tempel dan obat varenicline.
“Oleh karena itu, produk tembakau alternatif ini bisa menjadi pilihan bagi para perokok yang sulit menghentikan kebiasaan merokoknya,” tegas Alni.
Baca Juga:Sambut Proyek Rokok Elektrik Sampoerna, Menteri Investasi Singgung Tembakau Masa Depan
Konsultan Emeritus di Rumah Sakit St Vincent dan Ketua Lembaga Australia21, Alex Wodak yang menjadi narasumber dalam Malaysia Harm Reduction Forum mengatakan ada delapan juta orang meninggal akibat rokok setiap tahunnya.
“Merokok masih menjadi masalah kesehatan publik yang besar dengan dampak yang signifikan pada orang-orang berpenghasilan rendah dan kurang beruntung,” kata dia.
Demi menciptakan perbaikan kualitas kesehatan publik, Alex mendukung penggunaan produk alternatif berbasis pengurangan risiko guna membantu perokok dewasa untuk berhenti merokok. (ANTARA)