Resep-resep yang dibuat dokter disimpan di laci meja tidak ditebus untuk obat Bung Karno.
Mengutip sejarawan Perancis, sejarawan Asvi Warman Adam mengutarakan bahwa Bung Karno dibunuh dua kali.
Dibunuh pertama kali adalah saat Bung Karno meninggal. Dibunuh kedua kalinya adalah ketika ajaran Bung Karno dilarang.
"Peringatan Hari Lahir Pancasila itu dilarang Kopkamtib sejak 1 Juni 1970," kata Asvi.
Baca Juga:Indonesia Kembali Mendapat 600 Ribu Dosis Vaksin AstraZeneca Bantuan dari Prancis
Dibunuh di sini, pengertiannya kata Asvi, Bung Karno dirawat tidak sebagaimana mestinya.
"Karena ada obat-obat yang harusnya diberikan kepada beliau (Bung Karno) yang dibuatkan resepnya oleh Prof Mahar Marjono, resep itu tidak ditebus. Jadi dibiarkan saja di laci di sana. Tidak dibelikan," kata Asvi.
Selain itu ditemukan sembilan bundel catatan perawat yang mencatat hari ke hari perawatan Bung Karno. Ternyata Bung Karno diberikan valium, semacam obat tidur yang sangat keras dan vitamin-vitamin.
Asvi juga meluruskan isu mengenai Bung Karno yang dirawat dokter hewan di akhir hayatnya. Menurut Asvi, Mayor Dokter Suroyo yang merawat Bung Karno adalah dokter umum bukan dokter hewan.
Pengertian dokter hewan ketika di rumah Rahmawati diberitahu sebuah hasil pemeriksaan urine. Urine Bung Karno diperiksa di Kedokteran Hewan di IPB.
Baca Juga:Cucu Soekarno: Kakek Saya Dibunuh di Wisma Yasoo
"Jadi orang mengasumsikan apa sama urine manusia dengan urine hewan. Jadi itu orang menduga dokter Suroyo dokter hewan," kata Asvi.