Kata “guru atau juru” ditujukan kepada seseorang yang dianggap telah menemukan lokasi strategis dimana lokasi bendungan ini dibangun.
Pembangunannya diperkirakan memerlukan biaya sebesar 900.000 NLG untuk pembangunan 30.000 konstruksi, dengan rincian biaya 30 NLG per konstruksi.
Pada tahun 1936 bendung Argoguruh selesai dalam pembangunannya sekaligus pembukaan pintu air untuk pertama kalinya. Peresemian bendung untuk keperluan irigasi dilakukan oleh Gubernur Jenderal dan Ny. Tjarda Van Starkenborgh
Pekerjaan pembuatan dam/bendung tersebut melibatkan para kolonis-kolonis. Setiap kolonis yang akan tinggal di kolonisasi Sukadana diwajibkan membantu pekerjaan membangunan bendung dan jaringan saluran irigasi ini.
Baca Juga:Kadin Buka Tambak Garam Industri di Pulau Legundi Pesawaran
Kolonis diwajibkan bekerja beberapa minggu dalam satu tahun untuk pembangunan irigasi.
Pada masa kolonisasi pengelolaan bidang irigasi dikelolah oleh Department Van Verkeer en Waterstaat dalam proses pembangunannya didatangkan tenaga ahli dari Jawa Barat dan Jawa tegah, serta melibatkan kolonis setempat.
Dalam waktu satu minggu (7 hari), dua hari digunakan sebagai waktu kerja wajib para kolonis untuk membangun irigasi.
Konversi lahan kering menjadi konstruksi sawah tidaklah mudah. Para kolonis sendiri harus mengurus pembangunan sawah, dengan parit dan tanggul.
Untuk tujuan ini, ladang harus dibersihkan lebih lanjut dan sisa-sisa batang dan akar pohon dibuang, setidaknya sejauh mungkin. Hal ini tentunya bukan pekerjaan mudah dan memakan waktu yang cukup lama.
Baca Juga:Tertangkap Nyabu, Oknum Jaksa di Lampung Cuma Divonis 7 Bulan Penjara
Pembangunan irigasi perlahan mempengaruhi kondisi sosial masyarakat kolonisi Sukadana. Lewat saluran irigasi kualitas hidup para kolonis semakin membaik.