Bandara itu berada di wilayah yang dikelilingi oleh pegunungan dan banyak fasilitas navigasi serta kontrol dari bandara yang tidak berfungsi.
“Saat pelaksanaan evakuasi, medannya dikelilingi pegunungan dengan ketinggian landasan pacu 5.877 kaki di atas permukaan laut, ditambah fasilitas bantuan navigasi bandara (ILS, VOR), night facilities, dan air traffic service yang tidak berfungsi maksimal, mengakibatkan awak pesawat menghadapi tantangan berat saat mendekati Bandara Hamid Karzai,” kata Mayor Pnb Mulyo Hadi.

Ia menambahkan landasan pacu di Bandara Hamid Karzai cenderung gelap karena pendaratan berlangsung pada dini hari saat matahari belum terbit dan lampu di landasan pacu tidak seluruhnya menyala.
“Landing (pendaratan) di Kabul jadi tantangan paling utama bagi seluruh awak pesawat A-7305,” ujar dia.
Baca Juga:Demi Kabur dari Afghanistan, Diva Ini Tumpangi Jet Kargo AS
Usai mendarat, tim evakuasi segera menjemput 26 WNI dan tujuh warga negara asing untuk masuk pesawat.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai pemegang otoritas sementara bandara di Kabul memberikan waktu yang terbatas untuk evakuasi.
Tim evakuasi semula menjadwalkan evakuasi berjalan selama 30 menit, tetapi prosesnya akhirnya berlangsung selama dua jam.
Mulyo menyampaikan saat evakuasi tidak semua barang bawaan WNI dapat diangkut dalam pesawat.
“Demi keselamatan bersama, kami membatasi barang bawaan hanya koper jinjing saja sehingga kami memohon maaf kepada WNI dan WNA karena tidak semua kopernya bisa masuk dalam pesawat,” kata dia kepada para WNI dan WNA yang dievakuasi.
Baca Juga:Evakuasi WNI di Afganistan Tak Mudah, Ini Cerita Pesawat TNI AU Berhasil Mendarat di Kabul
Pesawat TNI AU Boeing 737 seri 400 Skadron Udara 17 berangkat dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada 18 Agustus 2021.