SuaraLampung.id - Ken Zuraida, istri penyair WS Rendra, meninggal dunia di Rumah Sakit Antam Medika, Jakarta Timur, Senin (9/8/2021).
Ken Zuraida menyusul sang suami WS Rendra keharibaan Sang Pencipta.
WS Rendra meninggal dunia pada 6 Agustus 2009. WS Rendra adalah salah satu penyair terbaik tanah air.
Budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun punya kenangan tersendiri bersama WS Rendra.
Baca Juga:Istri WS Rendra, Ken Zuraida Meninggal Dunia di RS Antam Medika
"WS itu aslinya Willibrordus Surendra Rendra. Jadi itu nama baptis," kata Cak Nun dikutip dari YouTube CakNun.com berjudul "Mengenang WS Rendra | Mbah Nun".
Di awal tahun 70 an, Rendra memeluk agama Islam. Sehingga nama WS ia ubah menjadi Wahyu Sulaiman.
Menurut Cak Nun, Rendra membayangkan gen kewahyuan jenis yang diterima Sulaiman itulah yang dia terima.
"Karena Nabi Sulaiman itu adalah Nabi yang difadilahi Allah dengan ilmu pengetahuan yang sangat tinggi dan pencapaian-pencapaian rohani sangat tinggi," jelas Cak Nun.
Kepergian Rendra untuk selamanya dari dunia membuat Cak Nun sangat kehilangan.
Baca Juga:Indonesia Berduka, Ken Zuraida Tutup Usia
Cak Nun mengaku punya pengalaman batin, pengalaman kultural, punya pengalaman kehidupan yang luar biasa yang mendasari kerinduannya kepada Rendra.
Cak Nun pertama kali mengenal WS Rendra di tahun 74-75. Ketika itu Cak Nun nonton latihan Bengkel Teater. Lalu Cak Nun mewawancarai Rendra.
Hasil wawancara itu Cak Nun tulis lalu dimuat di Majalah Mimbar Demokrasi. Saat membaca reportase Cak Nun, Rendra kaget karena tulisan Cak Nun persis sama dengan omongannya saat wawancara.
"Saya memang merekamnya tapi tidak pakai alat perekam. Saya mengingat-ingat omongan Rendra sampai semua kata, dan idiomnya dan susunan retorikanya persis seperti yang dia omongi," kenang Cak Nun.
Selama mengenal Rendra, bagi Cak Nun Si Burung Merak itu adalah pribadi yang unik.
"Di segala zaman hanya ada satu Rendra. Allah hanya menciptakan satu Rendra," ujar Cak Nun.
Menurutnya Rendra orang yang sangat bersungguh-sungguh. Rendra adalah sosok yang sangat menghayati segala sesuatu sampai ke akar-akarnya.
Lima tahun terakhir hidup Rendra Cak Nun mengaku semakin dekat.
"Mas Willy itu merasa saya itu sahabatnya, saya merasa dia sahabat. Bahkan saya merasa dia itu adik bungsu saya karena dia sangat manja kepada saya. Sangat banyak bergantung pada saya," katanya.
Cak Nun bahkan mengagui kesungguhan Rendra dalam bertauhid. Cak Nun pernah menyampaikan ke Rendra bahwa dalam Islam itu anda berhubungan langsung dengan Allah tanpa makelar.
"Meskipun anda perlu belajar kepada ulama, perlu membaca wacana-wacana dari yang bukan Allah ya tapi dari tokoh-tokoh Islam. Mungkin perlu juga. Tetapi sesungguhnya kalau sampeyan bersyahadat, kemudian salat dan lain sebagainya itu kan hubungan pribadi dengan Allah," katanya.
Mengenai kepindahan agama Rendra dari Nasrani ke Islam, Cak Nun mengaku dirinya sama sekali tidak pernah mensyahadatkan sahabatnya itu.
"Saya cuma bilang mas bahwa anda itu mengakui Allah bersumpah mensyahadati Allah dalam hidup sampeyan itu bisa anda lakukan dengan mencari tempat dimanapun tapi pedomannya adalah bahwa anda mengakui Allah sehingga anda menjadi muslim," beber Cak Nun.
Cak Nun lalu bercerita salah satu momen paling membekas dirinya dengan Rendra. Pada suatu hari Rendra datang ke Pendopo Kadipiro, kediaman Cak Nun di Yogyakarta.
Di pertemuan itu, Rendra bertanya ke Cak Nun mengenai arti sebenarnya tauhid dalam satu kata.Cak Nun menjawab bahwa tauhid itu adalah ngawiji.
Ternyata kata Ngawiji itu kan sangat legendaris dalam pengalaman kultural dan batiniah Rendra.
"Mendengar kata ngawiji itu dia merembeng, terus dia meneteskan air mata terus menangis tersedu-sedu di pangkuan saya," kata Cak Nun.
Menurut Cak Nun, kata ngawiji itu sangat rohaniah dalam kultur Jawa. Ngawiji artinya menyatu.
"Jadi tauhid itu menyatukan diri kepada Allah tergantung konteks nya. Kalo konteksnya kekuatan, yang tidak berdaya menyatu kepada Yang Berdaya. Karena manusia tidak berkuasa, menyatu kepada Yang Berkuasa," jelas Cak Nun.
Mendengar arti tauhid adalah ngawiji membuat Rendra bersyukur karena mengalami sebuah keindahan dalam hidup.
"Jadi menurut Mas Willy, terjemahan tauhid menjadi ngawiji sangat indah karena dia seorang seniman. Jadi dia nomor satu sensornya adalah sensor keindahan. Rendra itu sangat peka dengan keindahan. Jadi hidupnya Rendra itu operating systemnya adalah keindahan," ujar Cak Nun.