Pendukung Firli Bahuri Ternyata Pendemo Bayaran, Ada Pelajar SMP

Tak hanya itu, beberapa dari mereka bahkan mengaku tak tahu alasan di balik keputusan Firli Bahuri memecat puluhan pegawainya.

Eko Faizin
Sabtu, 29 Mei 2021 | 10:44 WIB
Pendukung Firli Bahuri Ternyata Pendemo Bayaran, Ada Pelajar SMP
Gedung KPK merah putih di Jakarta. [Antara]

SuaraLampung.id - Kontroversi pemecatan 51 pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga kini masih berlanjut dan mengundang pro kontra.

Di tengah kisruh tersebut, baru-baru ini terkuak fakta mengejutkan soal massa pendemo pendukung Ketua KPK Firli Bahuri rupanya orang bayaran.

Tak hanya itu, beberapa dari mereka bahkan mengaku tak tahu alasan di balik keputusan Firli Bahuri memecat puluhan pegawainya.

Para peserta aksi justru aneh karena tak mengerti apa alasan demo tersebut dilakukan.

Beberapa dari mereka nyatanya masih duduk di bangku SMP dan mengaku dibayar. Sementara yang lain, tampak sudah cukup tua.

Damar, misalnya, bagian dari kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Indonesia, mengatakan bahwa ia tidak mengetahui alasan berdemo.

Damar memegang baliho atribut demo di sekitar Gedung KPK, Setiabudi, Jakarta Selatan, pada Jumat (28/5/2021)

“Nggak tahu, sih,” jawab Damar dikutip dari Terkini.id--jaringan Suara.com, Sabtu (29/5/2021).

Ia mengaku hanya tahu persoalan 51 oknum KPK yang dikeluarkan. Sedangkan ketika ditanya alasannya, Damar mengaku tidak tahu dan bahkan lupa mengenai maksud Tes Wawasan Kebangsaan.

“Kalau yang itu (alasan pemberhentian 51 pegawai KPK) saya kurang tahu,” ujar Damar.

Damar saat ini sedang duduk di bangku kelas 3 di SMP 4. Ia mengatakan dirinya diajak oleh sang paman untuk berdemo.

Ia berkata diiming-imingi akan mendapatkan bayaran. Namun, tidak tahu nominal yang akan diterima.

“Katanya, sih, dibayar. Enggak tahu (nominal bayarannya),” kata Damar.

Hal yang sama juga diungkapkan Fajri, salah satu massa aksi kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai Himpunan Aktivis Milenial Indonesia.

Seperti halnya Damar, Fajri rupanya masih seorang pelajar SMP berusia 15 tahun yang saat ini masih duduk di kelas 8.

“Dibayar, sih. Dengernya, sih, dibayar. Enggak tahu (nominalnya), deh. Saya kan baru ikut,” ungkap Fajri.

Sementara itu, anggota massa aksi Himpunan Aktivis Milenial Indonesia lainnya, yakni Iwan, justru tampak lebih tua daripada beberapa massa aksi lainnya.

Iwan mengaku berusia 34 tahun. Namun, wajahnya tampak lebih tua dari itu. Sama seperti Damar dan Fajri, ia juga mengaku tidak mengetahui aksi apa yang ia ikuti.

Lelaki tersebut menyampaikan ia berangkat bersama rombongan lainnya menggunakan empat mikrolet dari terminal Johar.

Dengan alasan sedang libur bekerja sebagai office boy (OB) di Pasar Baru, ia lantas menyetujui ajakan temannya ikut aksi.

Namun, teman yang ia maksud sama sekali tak menjelaskan aksi apa yang akan mereka lakukan.

“Kagak dibilangin,” kata Iwan.

Kemudian, salah satu perempuan yang menjadi bagian kelompok Satgas Pemuda Peduli KPK juga mengaku tidak mengetahui aksi yang ia ikuti.

Ia berangkat bersama suaminya dari daerah Tukro, Kwitang, menggunakan mikrolet dan ketika ditanya mengapa mengikuti aksi tersebut, ia mengaku hanya ikut-ikutan saja.

“Kurang tahu (kenapa aksi). Saya cuma pengikut doang,” jawabnya.

Sebagai informasi, puluhan massa aksi yang tergabung dalam beberapa kelompok, antara lain, Himpunan Aktivis Milenial, Satgas Pemuda Peduli KPK, serta Aliansi Mahasiswa dan Pemdua Indonesia melakukan aksi mendukung keputusan Firli Bahuri untuk memberhentikan 51 pegawai KPK.

Mereka berorasi di Jalan Kuningan Persada sisi selatan KPK, sedangkan puluhan massa lainnya juga melakukan aksi di jalan yang sama di sisi utara gedung KPK.

Beberapa anggota massa aksi tersebut tampak masih berusia belasan tahun dan berpenampilan lusuh, tetapi beberapa di antaranya juga ditemukan orang-orang paruh baya yang sudah beruban.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini