SuaraLampung.id - Pada 3 Mei 1964, Presiden Sukarno mengeluarkan perintah Dwikora. Isinya adalah pertinggi ketahanan revolusi Indonesia. Lalu bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak, Sabah untuk menghancurkan Malaysia.
Perintah Dwikora ini ditindaklanjuti dengan pembentukan Komando Siaga (KOGA). Komando Siaga adalah komando antar angkatan di TNI dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia.
Presiden Sukarno menunjuk Laksamana Madya Udara Omar Dani sebagai Panglima KOGA. Omar Dani didampingi Wakil I Bidang Administrasi Laksamana Muda Mulyadi, Wakil II Bidang Operasi Brigjen Achmad Wiranatakusumah, dan Komodor Leo Wattimena sebagai Kepala Staf.
Dalam buku biografi Letjen TNI Purn Achmad Wiranatakusumah Komandan Siluman Merah, disebutkan, Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen Achmad Yani yang menunjuk Achmad Wiranatakusumah mewakili Angkatan Darat sebagai Wakil II KOGA.
Saat itu Achmad Wiranatakusumah menjabat sebagai Kepala Staf Kostrad. Achmad Yani memilih Achmad Wiranakusumah atas permintaan dari Angkatan Udara dan Angkatan Laut.
Dalam rapat KOGA, Sukarno menginginkan Angkatan Bersenjata menunjukkan kemampuannya dalam menyerang Malaysia.
Sukarno ingin pengebom-pengebom bisa meratakan Singapura jika dia menekan knop. Achmad Wiranatakusumah menyanggah pernyaataan Soekarno.
Menurut dia, keinginan Sukarno itu tidak bisa diwujudkan. Alasannya Angkatan Bersenjata saat itu tidak memiliki strategic mobility, tidak cukup mempunyai fire power dan tactical mobility yang kurang.
Pemimpin Tertinggi Revolusi tak mau tahu dengan berbagai alasan tersebut.
Baca Juga: Ternyata Ini Alasannya Kenapa Mobil di Indonesia Menggunakan Setir Kanan
“Bagaimanapun keadaannya, kamu jangan berpikir text book. Kita harus bisa melaksanakannya,” tegas Bung Besar.
Mau tak mau Achmad Wiranatakusumah mengerahkan segala kemampuan yang ada dengan kondisi terbatas. Ia lalu merancang strategi agar keinginan Sukarno menggempur Malaysia bisa terwujud.
Namun di pertengahan jalan, Achmad Wiranatakusumah mundur dari KOGA diganti oleh Mayjen Suharto.
Berita Terkait
-
Ternyata Ini Alasannya Kenapa Mobil di Indonesia Menggunakan Setir Kanan
-
4 Topik Menarik dalam Buku 'Sejarah Dunia yang Disembunyikan'
-
Sejarah Alat Musik Tertua di Bali, Gamelan Selonding
-
Sosok Dewa Agung Istri Kanya, Ratu Pemimpin Bali yang Memilih Hidup Lajang
-
Diperingati Hari Ini, Berikut Tema Kesehatan Mental Sedunia 2023 hingga Sejarahnya
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
BRI Konsisten Hadirkan Solusi Pembiayaan bagi UMKM melalui PRABU Expo 2025
-
Gajah Dona Mati di Taman Nasional Way Kambas
-
Holding Ultra Mikro BRI Terus Lakukan Business Process Reengineering untuk Tingkatkan Layanan
-
Buruan! Minyak Goreng 1,5 Liter Turun Jadi Rp27.900 di Alfamart, Stok Cepat Habis
-
BRI Perkuat UMKM Lewat Program Pemberdayaan dan Inovasi Berkelanjutan