SuaraLampung.id - Pada 1 Oktober 1965. Subardi, ajudan Ahmad Yani mengetuk pintu rumah dinas Sarwo Edhie di kompleks RPKAD Cijantung. Wajahnya tegang dan pucat. Matanya merah.
“Ada papi?” tanya Subardi dengan suara bergetar kepada Ani, anak Sarwo Edhie. Ani kelak menjadi istri Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Masih di kamar,” kata Ani dikutip dari buku "Ani Yudhoyono Kepak Sayap Putri Prajurit".
“Tolong panggilkan papi sekarang juga. Penting sekali,” ujar Subardi.
Ani masuk ke rumah memanggil Sarwo Edhie. Begitu melihat Sarwo Edhie, Subardi langsung menghambur dan mengeluarkan kalimat secara cepat dan panik.
Subardi memberitahu bahwa Ahmad Yani ditembak dan dibawa pasukan Tjakrabirawa. Segera Sarwo Edhie mengumpulkan para perwira RPKAD melakukan konsolidasi.
Mereka lalu mendengarkan siaran RRI yang mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi. Tak lama datang Herman Sarens Sudiro memakai panser.
Herman Sarens membawa sepucuk surat dari Pangkostrad Mayjen Suharto. Isi surat menyatakan keadaan sedang gawat dan Sarwo Edhie diminta menghadap Suharto seperti dikutip dari buku "Sarwo Edhie dan Tragedi 1965".
Sarwo Edhie tak percaya begitu saja dengan Herman Sarens Sudiro. Sarwo menduga Herman menodong Soeharto untuk membuat surat tersebut.
Baca Juga: Sedang Latihan Tempur, Ahmad Yani Malah Pergi Cari Kopi
Maka Sarwo memerintahkan pasukan RPKAD melucuti dan menahan Herman Sarens. Satu jam kemudian datang anggota RPKAD yang ditugaskan memantau situasi Kostrad.
Anggota itu memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Mengetahui kondisi sebenarnya, Sarwo melepas Herman Sarens dan segera menemui Suharto.
Mereka merencanakan penyerangan ke kantor RRI dan Telkom yang diduduki pasukan Letkol Untung. Setelah itu Sarwo Edhie menyempatkan diri pulang ke rumah saat larut malam.
Sampai akhirnya ditemukan jenazah Ahmad Yani di dalam sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya. Selain Ahmad Yani, di sumur itu juga ditemukan jenazah enam jenderal dan satu perwira pertama.
Di rumah, Sarwo Edhie memandangi foto Ahmad Yani yang ada di atas buffet dengan mata berkaca-kaca. Lama Sarwo memandangi foto sahabatnya itu dengan mata yang kian basah.
Ia lalu mengambil bunga dan meletakkannya di sekitar foto Ahmad Yani. Sarwo Edhie sangat terpukul mengetahui sahabat karibnya gugur.
Berita Terkait
-
Sedang Latihan Tempur, Ahmad Yani Malah Pergi Cari Kopi
-
Bandara Ahmad Yani Semarang Segera Layani Penerbangan Langsung Tujuan Madinah
-
Reza Arap Terima Tawaran Main Film Kupu Kupu Kertas Gegara Tertantang Jadi Penjahat: Ini yang Gue Mau
-
Perankan Tokoh Anak Simpatisan PKI di Film Kupu Kupu Kertas, Amanda Manopo Sempat Takut
-
3 Novel dengan Latar Peristiwa setelah 1966, Sejarah Kelam Indonesia
Terpopuler
- Insiden Bendera Terbalik saat Upacara HUT RI ke-80, Paskibraka Menangis Histeris
- Jay Idzes Masih Cadangan, Eliano Reijnders Sudah Gacor
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Agustus: Ada 10.000 Gems dan Pemain 108-111 Gratis
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- 55 Kode Redeem FF Max Terbaru 17 Agustus: Klaim Skin Itachi, Diamond, dan Item 17-an
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Memori 512 GB Harga di Bawah Rp 5 Juta, Pilihan Terbaik Agustus 2025
-
Carut Marut Penyelenggaraan Haji RI Mulai Kuota Hingga Transparansi Dana
-
Berani Banget! Alex Pastoor Bikin Heboh Publik Belanda Gegara Ucapannya
-
10 HP Kamera Terbaik Agustus 2025, iPhone Kalah dari Merek Ini
-
Fakta Unik A-Z Padel: Olahraga Hits yang Bikin Penasaran
Terkini
-
Tunggakan PBB Bikin Pusing? Pemkot Bandar Lampung Tawarkan Keringanan
-
4 Fakta Aksi Heroik Raihan, Bocah SD Lampung Selatan Pemanjat Tiang Bendera yang Viral
-
Layanan QLola by BRI Diapresiasi Nasabah, Tumbuh 41%
-
Rekaman CCTV Ungkap Detik-Detik Penumpang KMP Mufidah Lompat ke Laut di Selat Sunda
-
BRI Perkuat Ekspansi Internasional Lewat Taipei Branch, Dukung PMI Kelola Keuangan