Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Jum'at, 26 Mei 2023 | 13:43 WIB
Ilustrasi penganiayaan. Kepala Lingkungan pernah melihat pembantu loncat pagar dari rumah majikannya di Bandar Lampung. [Unsplash/Ari Spada]

SuaraLampung.id - Kasus penganiayaan dua asisten rumah tangga (ART) oleh majikan di Bandar Lampung masih dalam penyelidikan aparat kepolisian.

Kepala Lingkungan tempat terjadinya penganiayaan  M Syahri mengaku tidak tahu persis kejadian penganiayaan yang dilakukan warganya terhadap ART.

Hanya saja, Syahri mengaku pernah melihat langsung seorang ART loncat pagar tembok belakang rumah terduga pelaku inisial S di Jalan Pulau Legundi, Gang Kenari, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Sukabumi, Bandar Lampung.

ART itu lalu lari ke rumah warga. Hal itu dilakukan karena ART tersebut tidak bisa keluar dari rumah yang selalu tertutup itu.

Baca Juga: Mario Dandy Satriyo dan Lukas Shane, Terdakwa Kasus Penganiayaan Berat Atas Anak Korban D ke Biddokkes Sebelum Diserahkan kepada Kejaksaan

"Beberapa kali saya menyaksikan pembantu itu lari ngumpet ke rumah warga dan warga lapor ke saya. Lebih dari 3 kali," ujar Syahri, Jumat (26/5/2023).

Beberapa tahun lalu, Syahri cerita, pernah ada warganya membawa ART yang bekerja di rumah S ke rumahnya. ART itu mengaku disekap dan HP nya disita.

"ART itu tidak mau kembali ke rumah majikannya. Akhirnya saya sama Pak RT sumbangan masing-masing Rp100 ribu untuk ongkos dia pulang ke Talang Padang," ujar Syahri.

Mengenai interaksi pemilik rumah dengan warga sekitar, Syahri mengatakan, orangnya bergaul dan tidak pernah ada masalah. 

Bahkan kata dia, salah satu penghuni rumah itu ikut pengajian di masjid. Tapi memang kata dia, pembantunya selalu gonta ganti.

Baca Juga: Polres Banjarnegara Tangkap Pelaku Penganiayaan di Punggelan

Dua asisten rumah tangga (ART) asal Ambarawa, Kabupaten Pringsewu, harus mengalami peristiwa pahit dalam hidupnya. Mereka diperlakukan bak budak oleh majikannya yang tinggal di Bandar Lampung.

Dua ART itu adalah DD (15) dan DL (23). Mereka setiap hari dianiaya majikan dan anak-anaknya. Parahnya lagi ada yang sampai ditelanjangi.

"Di sana saya diperlakukan seperti digebuk, dijambak, ditinju, ditendang dan dijenturin kepalanya ke tembok," ujar DD membuka kesaksiannya.

Menurut DD, perlakuan tindak kekerasan itu ia dapat ketika melakukan sedikit kesalahan seperti menyapu dan mengepel lantai yang tidak bersih.

Selama 15 bulan bekerja di rumah itu, DD mengaku tidak pernah digaji. Setiap hari, semua ART di sana disuruh minum obat-obatan seperti paracetamol, amoxilin dan vitamin.

"Setiap hari disuruh minum obat paracetamol dan amoxilin biar ga sakit. Yang nyuruh majikan perempuan. Harus dikonsumsi terus setiap hari," papar DD.

Load More