Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Rabu, 29 Juni 2022 | 17:12 WIB
Ilustrasi kandidat capres 2024 hasil survei. Ipang Wahid membongkar biaya fantastis capres di 2024. [Istimewa]

SuaraLampung.id - Konsultan Komunikasi Politik Ipang Wahid membeberkan dana yang diperlukan calon presiden (capres) pada Pilpres 2024 mendatang. 

Biaya yang dibutuhkan bagi pasangan capres-cawapres yang akan berlaga di pilpres 2024 ini tidak murah dan memakan biaya fantastis. 

Ipang Wahid sendiri tidak bisa memberi angka pasti berapa biaya yang dibutuhkan bagi capres saat Pilpres 2024 nanti namun ia bisa memberi gambaran.

"Menurut anda untuk 2024 nantinya, satu pasang capres untuk komunikasi politik, mengambil berapa dari Rp 1 triliun tadi?" tanya Akbar Faizal di YouTube Akbar Faizal Uncensored. 

Baca Juga: Anis Matta Sebut Ada Partai Mau Berkuasa Dengan Cara Jual Tiket Capres

Menurut Ipang Wahid semua tergantung dari kandidat yang mau maju.

"Kalau awareness nya belum tinggi pasti lebih mahal. Kalau sekelas Kang Emil Ridwan Kamil, followers nya 16 juta, jauh lebih murah karena aset digitalnya sudah banyak," kata Ipang. 

Akbar Faizal lalu menyebut nama lima tokoh yang masuk dalam lima besar capres versi hasil survei lembaga Burhanuddin Muhtadi. 

"Katakanlah kita menyebut lima 5 nama hasil survei Burhanudin Muhtadi, Ganjar, Prabowo, Anies, Sandiaga Uno dan Ridwan Kamil," kata Akbar. 

Melihat kelima nama ini, Ipang Wahid menilai semuanya sudah memiliki awareness yang tinggi.

Baca Juga: Sindir Parpol Lain Cuma 'Jualan Tiket', Anis Matta Puji Keberanian PDIP-PKB Dorong Kader Sendiri jadi Capres

"Sebaran seperti itu spending per bulan bisa Rp 50 miliar sampai Rp100 miliar untuk media tok. Tergantung kita runningnya berapa bulan," sebut Ipang. 

"Kan resminya kampanye enam bulan setelah pendaftaran. Berarti 6 bulan kali Rp100 miliar berarti Rp600 miliar," tegas Akbar Faizal.

"Kalo 6 bulan tapi kan mainnya dari sekarang. Kita mau spend berapa dari sekarang, kan tergantung napasnya aja. Di atas langit ada langit. Apalagi yang awareness nya masih rendah-rendah," ujar Ipang. 

Dalam pemenangan capres, Ipang menyebut ada tiga hal yang menyokong yaitu operasi udara, operasi darat dan operasi politik. 

Operasi udara adalah strategi para capres bermain di ranah media baik media konvensional seperti media massa maupun media sosial. 

Sementara operasi darat adalah dengan cara langsung turun ke masyarakat memperkenalkan capres dan operasi politik adalah meminta dukungan dari ormas, tokoh, dan partai politik. 

Menurut Ipang kebutuhan tiga operasi ini berbeda-beda nilainya belum lagi ditambah adanya operasi Hari H. 

"Kalau dibilang media, bukan cuma media bikin konten, ada media beritanya ada online, tv dan segala macam terus ada pembuatan konten dan placement nya. Media salah satunya suka ga suka adalah tv," kata dia.

Penggunaan media tv itu menurut Ipang harus dilakukan bagi capres yang tingkat keterkenalannya rendah.

"Kalau keterkenalannya rendah, tv itu mau ga mau harus. karena penonton sinetron ibu-ibu banyak," ujar Ipang.

"Satu tayangan di tv Rp50 juta per 30 detik, 10 spot aja itu uda Rp500 juta per hari. Belum tahu efektif. Tapi kalo Rp500 juta per hari satu bulan uda Rp500 miliar. Itu baru tv doang belum placement-placement lain," ucap anak dari Sholahuddin Wahid ini.

Penggunaan media sosial dengan konten viralnya pun menurut Ipang tidak bisa diprediksi.

"Medsos biar viral, tapi viral tidak bisa dipredict. Yang bisa dipredict menyiapkan influencer, buzzer, ads, itu uda pasti bisa diukur. Itu semua ekuivalen dengan uang," paparnya. 

Load More