Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 12 April 2022 | 10:42 WIB
Ketua DPP PDIP Puan Maharani bernyanyi bersama Cak Nun sejumlah lagu nasional, daerah hingga The Beatles dalam Sinau Bareng Cak Nun di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jaksel pada Minggu (10/4/2022). Kehadiran Cak Nun di kantor PDIP dituding menjilat Megawati Soekanoputri. [Suara.com/M Yasir]

SuaraLampung.id - Budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun menghadiri undangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam acara Sinau Bareng di kantor PDIP, Minggu (10/4/2022). 

Cak Nun mengungkapkan kedatangannya ke kantor PDIP atas undangan Megawati mendapat reaksi beragam di media sosial. 

Kata Cak Nun ia dimarahi banyak orang di media sosial karena hadir di Kantor PDIP. Bahkan orang-orang itu menudingnya menjilat Megawati. 

"Temen-temen, saya diminta ke sini bingung dan dimarahi banyak orang. Tadi aja di medsos saya dimarahi, Cak Nun menjilat Mbak Mega," kata Cak Nun dikutip dari YouTube PDI Perjuangan. 

Baca Juga: Hidangkan Gorengan saat Buka Puasa Bareng Cak Nun, PDIP: Gorengannya Pakai Minyak Kelapa

Cak Nun lalu memberi jawaban mengenai tudingan dirinya menjilat Megawati. 

"Lho yang ngundang Mbak Mega berarti Mbak Mega yang jilat saya. Ini ga ada urusan jilat menjilat. Ini adalah cinta tanah air, cinta bangsa, cinta rakyat," ujar dia. 

Cak Nun mengaku, Mega sudah mengundang dirinya hadir di kantor PDIP sejak tiga tahun lalu. Namun baru hari ini Cak Nun bisa memenuhi undangan tersebut. 

Itu pun kata suami Novia Kolopaking ini harus melewati perjuangan batin yang luar biasa. Cak Nun melakukan salat istikharah dan wiridan serius. 

"Kemudian saya bermimpi kira-kira seminggu yang lalu. Bahwa saya keliling dunia, kemudian pulang ke Indonesia. Saya bertemu cakrawala. Terhampar kain yang sangat panjang tulisannya PDI Pengayoman bukan perjuangan. Karena perjuangan dulu," terang Cak Nun. 

Baca Juga: Prihatin dengan Ade Armando, Budiman Sudjatmiko: Para Pengkeroyok Bukan Lapisan Terhormat di Penjara

Ditangkap karena Dukung Mega

Cak Nun lalu bercerita pernah ditangkap karena mendukung Megawati sebagai Ketua Umum PDI di era Orde Baru. Peristiwa ini terjadi ketika PDI menggelar Kongres Luar Biasa di Surabaya.

"Saya bersimpati pada Bu Mega supaya dia nanti mimpin PDI. Sehingga saya, Gus Dur dan Eros Djarot ke Surabaya," kata Cak Nun. 

Cara Cak Nun mendukung Mega agak lain. Ia mencari jimat Madura, lalu diam-diam dimasukkan ke tasnyaMega. Setelah itu Cak Nun wiridan di atas air. Airnya ia percikkan ke tempat tinggal Mega di asrama haji. 

"Karena semua yang ada di asrama Bu Mega itu intel. Yang nyuguhin makanan intel, yang nyapu intel," ujar Cak Nun. 

Menurut Cak Nun kedatangannya ke Surabaya bukan karena mampu mengangkat Megawati jadi Ketua PDI tapi adalah sebuah pernyataan keberpihakan kepada kebenaran. 

"Kemudian saya ditangkap. Di tengah KLB, saya ikut orasi. Begitu selesai, saya diseret tentara tiga orang. Dibawa ke markas tentara. Ketemu komandannya. Komandannya bilang gini kalau ga gini gimana caranya ngobrol dengan Cak Nun," cerita Kiai Mbeling ini. 

"Saya itu Demi lahirnya PDIP itu saya ditangkap tentara. Tidak berarti saya berjasa. Tapi kalau lupa ya nanti salah," ujarnya. 

Load More