Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Senin, 28 Februari 2022 | 13:35 WIB
Ilustrasi kebun singkong di Lampung Timur. Pemprov Lampung dorong hilirisasi produk olahan singkong. [ANTARA]

SuaraLampung.id - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mendorong hilirisasi produk olahan singkong.

Plt Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Provinsi Lampung Kusnardi mengatakan, ada beberapa perusahaan pengelola hasil panen petani singkong di Lampung.

Ia mengatakan, untuk menambah nilai jual dari komoditi singkong di daerahnya, pemerintah setempat tengah mendorong terus terbentuknya hilirisasi produk singkong.

"Saat ini hilirisasi dari singkong ini kebanyakan menjadi tapioka jadi kita terus dorong untuk diversifikasi ke produk lain selain tapioka untuk menambah nilai ekonomi dari olahan singkong," katanya, Senin (28/2/2022).

Baca Juga: Ditertibkan Satpol PP karena Dinilai Kumuh, PKL di Sekitar Lapangan Saburai Pasang Atap Baru

Menurutnya, selain tapioka sejumlah hilirisasi produk singkong yang ada di daerahnya meliputi asam sitrat, dan gula singkong.

"Lampung ini memiliki sejumlah daerah sentra singkong seperti Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Utara, Lampung Timur, dan Tulang Bawang Barat. Jadi harus terus dikembangkan untuk hilirisasi produk ini," ucapnya.

Dia menjelaskan, pada 2021 lalu pun telah direncanakan pengembangan beras analog yang berasal dari ubi kayu sebagai alternatif pangan selain beras yang berasal dari padi, akan menyasar Kabupaten Lampung Utara dan Lampung Tengah sebagai daerah yang digunakan sebagai pusat pengelolaan.

"Dengan rencana pengembangan beras analog, dan ada juga gula singkong bisa menjadi awal mula pengembangan produk singkong selain tapioka yang ada di Lampung," katanya.

Diketahui Lampung sebagai salah satu daerah penghasil ubi kayu memiliki luasan lahan singkong mencapai 366.830 hektare.

Baca Juga: Ladang Ganja 6 Hektar Ditemukan di Aceh, Bermula Kurir Ditangkap di PO Bus Bandar Lampung

Lahan ubi kayu terbesar di Lampung itu berada di Lampung Tengah dengan luas mencapai 121.000 hektare, lalu diikuti dengan Lampung Utara 53.994 hektare, dan Lampung Timur seluas 49.000 hektare. (ANTARA)

Load More