Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 23 November 2021 | 11:43 WIB
Ilustrasi Covid-19. Waspada awal tahun 2022 terjadi lonjakan kasus COVID-19. [Foto: Antara]

SuaraLampung.id - Kuartal pertama tahun 2022 masih rawan terjadinya lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia. 

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, ledakan kasus COVID-19 di Eropa saat ini akan terasa di Indonesia pada awal tahun 2022. 

Karena itu Dicky mengingatkan semua pihak untuk waspada terhadap peningkatan kasus COVID-19 di kuartal I tahun 2022.

Dicky dalam diskusi daring bertajuk "Menangkal Gelombang Ketiga COVID-19 di Indonesia" yang diselenggarakan Media Indonesia dan dipantau di Jakarta, Senin (22/11/2021) mengatakan Asia masih belum memasuki masa seperti Eropa.

Baca Juga: Harga Minyak Asia 'Dibayangi' Kesepakatan Pelepasan Cadangan Sejumlah Negara

"Eropa lebih dulu, Asia dan Amerika belakangan. Mungkin Indonesia bisa Februari akhir baru terasa dampaknya apa yang terjadi di Eropa. Kuartal pertama tahun depan jadi masa yang rawan bagi Indonesia," katanya dikutip dari ANTARA.

Dicky menerangkan ledakan kasus COVID-19 yang terjadi di Eropa secara serentak hampir di seluruh negara dikarenakan wilayah Benua Biru yang merupakan daratan luas. Sementara beberapa negara di Asia merupakan negara kepulauan.

Dia mengatakan ledakan kasus di Eropa harus menjadi pelajaran bagi Indonesia agar tidak terlalu percaya diri dengan landainya kasus COVID-19, karena negara-negara di Eropa yang memiliki sistem kesehatan yang sangat baik dan cakupan vaksinasi yang tinggi, seperti Denmark dan Norwegia, masih tetap mengalami ledakan kasus.

Beberapa negara di Eropa juga sangat percaya diri dengan landainya kasus COVID-19 dan mencabut kebijakan penggunaan masker di tempat publik dan pelonggaran kebijakan menjaga jarak fisik. Namun justru yang terjadi di Eropa saat ini adalah ledakan kasus COVID-19.

Dicky menjelaskan saat ini ledakan kasus COVID-19 di Eropa disebabkan oleh virus varian Delta, namun peneliti belum mengetahui turunan varian virus Delta seperti apa yang menyebabkan lonjakan kasus tersebut.

Baca Juga: Sudah Buka Wisata, Singapura Perketat Kembali Pembatasan Covid-19

Sejumlah peneliti mengira lonjakan kasus tersebut disebabkan oleh varian virus baru yang lebih cepat menyebar dan bahkan bisa menurunkan efikasi dari vaksin yang sudah banyak mencakup masyarakat Eropa.

Oleh karena itu Dicky mengingatkan agar semua pihak tetap menjaga kedisiplinan dalam penanganan COVID-19, baik dari penerapan protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menjaga jarak, peningkatan vaksinasi, dan juga peningkatan pelacakan kontak erat dan tes guna menghentikan penyebaran semakin meluas. (ANTARA)

Load More