Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Kamis, 04 November 2021 | 09:30 WIB
Ilustrasi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa. Deretan kontroversi calon Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. [Antara]

SuaraLampung.id - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa menjadi calon tunggal Panglima TNI.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) hanya mengusulkan nama Jenderal Andika Perkasa ke DPR RI sebagai calon Panglima TNI.

Tinggal selangkah lagi Jenderal Andika Perkasa menjadi Panglima TNI. Ia tinggal menunggu uji kelayakan di Komisi I DPR RI dan hampir bisa dipastikan mendapat persetujuan saat paripurna DPR RI. 

Sebagai seorang prajurit militer, jejak karier Jenderal Andika Perkasa tak lepas dari beberapa kontroversi. 

Baca Juga: Jokowi Pilih KSAD jadi Panglima, Legislator: Tidak Mungkin yang Lebih Junior yang Dipilih

Berikut beberapa kontroversi karier Jenderal Andika Perkasa. 

1. Penangkapan Umar Al Faruq

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa melepas Presiden Jokowi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jumat 29 Oktober 2021 [SuaraSulsel.id / Sekretariat Presiden RI]

Umar Al Faruq adalah salah satu gembong teroris yang paling dicari pemerintah Amerika Serikat selain Osama bin Laden setelah peristiwa pemboman menara kembar World Trade Centre (WTC) pada 11 September 2001. 

Umar Al Faruq disebut adalah tangan kanan Osama bin Laden di Al Qaeda. Umar Al Faruq juga memiliki peran besar dalam membangun jaringan teroris di Asia Tenggara termasuk Indonesia. 

Pada 5 Juli 2002, Umar Al Faruq sempat ditangkap aparat intelijen Indonesia di Bogor, Jawa Barat. Penangkapan dipimpin langsung oleh Andika Perkasa yang saat itu masih berpangkat mayor. 

Baca Juga: Sebut Jenderal Andika Sosok Paripurna untuk Panglima TNI, Prabowo Dukung Pilihan Jokowi

Ketika itu Andika Perkasa bertugas masih bertugas sebagai intelijen Kopassus. Anehnya operasi penangkapan Umar Al Faruq ini dilakukan Badan Intelijen Negara (BIN). 

"Tidak diketahui bagaimana Andika bisa mendapatkan tugas untuk menangkap Al-Faruq mengingat dia bertugas di Kopassus ketika itu dan BIN tidak memiliki wewenang komando atas Kopassus," tulis pengamat militer Made Supriatma dikutip dari Indoprogress.com.

Setelah ditangkap intelijen Indonesia, Umar Al Faruq langsung diserahkan ke badan intelijen Amerika Serikat CIA. Hal inilah yang menjadi kontroversi. 

Pengamat terorisme asal Amerika Serikat, Sidney Jones, dalam wawancaranya dengan Tempo menyebut penangkapan Umar Al Faruq oleh intelijen Indonesia ini merupakan bentuk program keterlibatan Indonesia dalam program rahasia CIA. 

Mantan Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara Z.A. Maulani menyebut penangkapan Umar Al Faruq ketika itu bukan operasi militer. "Itu Operasi gelap," kata pensiunan tentara berpangkat letnan jenderal ini dikutip dari liputan6.com.

Tudingan ZA Maulani ini bukan tanpa sebab. Menurutnya penangkapan Umar Al Faruq tidak dipublikasikan secara luas kepada publik. Padahal Umar Al Faruq dianggap sebagai gembong teroris internasional. 

2. Dikaitkan dengan Pembunuhan Theys Eluay

Nama Jenderal Andika Perkasa pernah dikaitkan dengan pembunuhan aktivis HAM asal Papua Theys Eluay. 

Dikutip dari Tempo.co, Koordinator KontraS Fatia Maulidiyanti mengatakan Andika diduga terlibat kasus pembunuhan tokoh Papua Barat, Theys Eluay.

Dugaan keterlibatan Andika Perkasa dalam kasus pembunuhan Theys ini mengemuka ketika beredarnya surat ayah Kapten Inf Rionardo bernama Agus Zihof. Kapten Inf Rionardo adalah satu tersangka kasus pembunuhan Theys. 

Dikutip dari DW.com,  Agus Zihof mengirim surat ke KSAD saat itu Jenderal Ryamizard Ryacudu. Isinya Agus menyatakan bahwa anaknya dipaksa mengaku sebagai pembunuh Theys oleh seorang bernama Mayor Andika. 

Menurut Agus, Kapten Inf Rionardo dijanjikan karier cemerlang di BIN jika bersedia mengakui sebagai pembunuh Theys Eluay.

"Andika menjanjikan anak saya posisi yang baik di BIN karena ayahnya memegang jabatan tinggi di sana," tulis Agus dalam surat yang juga dibocorkan ke berbagai media.

Andika Perkasa sendiri tak mau terlalu menanggapi dugaan keterlibatan dirinya dalam kasus pembunuhan Theys. 

Monggo, enggak ada alasan bagi saya untuk melarang itu," ujar Andika di Istana Negara, Jakarta, Kamis (22/11/2018) usai dilantik sebagai KSAD.

Bahkan Andika mempersilakan jika ada yang ingin menginvestigasi keterlibatan dirinya dalam pembunuhan Theys. "Kalau mereka mau menelusuri itu juga silahkan. Kan enggak ada yang perlu saya khawatirkan," ujar dia.

3. Bisa Sekolah di National War College at Fort McNair, Washington D.C.

Jenderal Andika Perkasa tercatat pernah menempuh pendidikan di National War College at Fort McNair, Washington D.C.

Menurut sebuah laporan The Washington Post yang ditulis sang editor, Dana Priest, kuliahnya Andika di sana tak lepas dari peran sang mertua AM Hendropriyono. 

Dalam laporan The Washington Post berjudul "Foreign Network at Front of CIA’s Terror Fight" terbit 18 November 2005 mengangkat mengenai kerja sama CIA dan BIN dalam penanganan teror. 

Dalam Laporan yang mendapat penghargaan Pulitzer Prize, hadiah paling bergengsi di bidang jurnalisme ditulis bahwa Kepala BIN Hendropriyono mengajukan permintaan spesial kepada Direktur CIA George Tennet.

Dikutip dari DW.com, permintaan Hendropriyono itu adalah menyediakan modal awal untuk pembangunan sekolah intelijen di Batam dan menjamin seorang kerabatnya mendapat tempat di universitas terkemuka AS.

"Ketika nilainya menjadi hambatan, Direktur CIA mengatur agar dia bisa masuk ke National War College di Fort McNair, tutur empat sumber," demikian tulis Priest dalam laporan yang memenangkan hadiah Pulitzer tersebut.

Kerabat Hendropriyono yang kuliah National War College di Fort McNair adalah Andika Perkasa. 

Load More