Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 02 November 2021 | 11:50 WIB
ILustrasi Logo "Meta", nama baru untuk perusahaan induk Facebook. Misi tersembunyi di balik pergantian nama Facebook ke Meta. [AFP/Noah Berger].

SuaraLampung.id - Pergantian nama dari Facebook Inc ke Meta Platform mendapat kritikan dari para pioner metaverse.

Facebook, dikutip dari Reuters, Selasa, baru saja mengganti nama mereka karena ingin mengembangkan metaverse, dunia digital yang luas.

Metaverse ibarat gabungan dari dunia nyata dan maya, pengguna akan diwakili avatar dan bisa bergerak dan berinteraksi dengan avatar lainnya.

Dunia virtual ini pada umumnya berbasis blockchain yang kemudian membentuk perumahan virtual.

Baca Juga: Whistleblower Facebook Desak Mark Zuckerberg Mundur dari Jabatan CEO, Ini Alasannya

Ryan Kappel, asal Amerika Serikat, sejak beberapa tahun belakangan sudah mengadakan pertemuan di berbagai metaverse. Dia melihat Meta Platforms ingin mengambil metaverse.

"Mereka sebenarnya mencoba membuat apa yang sudah dibangun oleh banyak dari kami, tapi, mencitrakan ulang sebagai milik mereka," kata Kappel.

Seorang investor mata uang kripto dar Inggris Raya yang dikenal sebagai Pranksy pernah membeli perumahan virtual awal 2020 lalu.

"Saya rasa Facebook mengganti nama lebih dulu untuk mengamankan merek dagang secara legal sesegera mungkin sebelum lebih banyak merk yang tertarik," kata Pranksy.

Facebook tidak berkomentar atas isu ini.

Baca Juga: Diduga Unggah Status Provokasi Soal Pengeroyokan di Kuta Bali, Pemilik Akun FB Dipanggil

Arthur Sychov mendirikan metaverse bernama Somnium Space pda 2017. Dia menilai CEO Facebook Mark Zuckerberg terburu-buru mengganti nama.

"Seperti mencoba memasukkan nama mereka ke narasi metaverse, yang saat ini sedang berlangsung," kata Sychov.

Kepala komunikasi di Decentraland, perusahaan yang menjalankan dunia virtual, Dave Carr, mengatakan langkah Facebook masuk ke metaverse mendapat kritik dari para pengguna dunia virtual tersebut tentang kontrol konten.

"Orang yang mempertimbangkan masa depan dunia virtual, mereka menempati, mempertahankan kepemilikan hasil kreasi dan bergerak bebas. Mereka akan memilih versi yang tidak terpusat," kata Carr.

Pendiri perusahaan nft42, Tristan Littlefield secara terang-terangan mengatakan tidak suka praktik menjual data yang dilakukan Facebook.

Littlefiels sudah menggunakan metaverse sejak 2018. Tapi, menurut dia, jika raksasa seperti Facebook masuk dan mau menggelontorkan banyak uang, bisa jadi akan mendatangkan banyak orang ke dunia virtual tersebut. (ANTARA)

Load More