SuaraLampung.id - Salah satu penyebab kecelakaan di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Lampung atau Tol Lampung adalah karena sopir kendaraan mengantuk.
Rasa kantuk yang dialami para sopir saat berkendara di Tol Lampung, menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), karena pemandangan yang membosankan di sepanjang jalan Tol Lampung.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono, pemandangan membosankan di sepanjang Jalan Tol Lampung membuat sopir cepat ngantuk.
Dia menyarankan agar pemerintah daerah (pemda) dan perusahaan di Lampung memasang baliho tentang daya tarik daerah masing-masing untuk menambah variasi pemandangan.
Pasalnya, kondisi Tol Lampung kebanyakan lurus dan variasi pemandangannya hanya areal persawahan dan perkebunan.
"Selain menambah variasi, baliho ini sekaligus media informasi pembangunan dan daya tarik wisata dan komoditas unggulan masing-masing daerah. Sejak Tol Lampung ini dibuka, belum ada yang pasang baliho, sehingga pemandangannya membosankan," kata Soerjanto Tjahjono, kepada Lampungpro.co--jaringan Suara.com di Bandar Lampung, Rabu (6/10/2021).
Menurut data PT Hutama Karya, pengelola JTTS ruas Bakauheni-Terbanggi Besar (Bakter), 80% kecelakaan lalu lintas di Tol Lampung karena sopir mengantuk.
Untuk itu, KNKT menyarankan agar pemda yang dilewati jalan tol dapat memasang baliho yang dilengkapi lampu dengan pemandangan wisata terindah di daerah masing-masing.
"Sambil mengiklankan potensi daerah masing-masing, baliho ini juga membuat sopir tidak jenuh. Ini beberapa resep ngantuk yang bisa dipakai. Mengantuk itu seperti hutang, tidak bisa dibayar. Bayarnya ya, harus istirahat dan tidur," kata Sorjanto.
Baca Juga: Kecelakaan di Padang Pariaman, Bus Terbalik-Pengendara Motor Tewas di Tempat
KNKT juga merekomendasikan agar rest area yang ada di Tol Lampung dibuat menarik agar pemakai tol tertarik mampir.
Di sepanjang Tol Lampung tersedia 12 rest area dan yang berfungsi 10.
"Misalnya, ada ide wisata durian. Ini bagus, karena nanti akan banyak yang mampir sambil istirahat di rest area," kata dia.
Selain itu, faktor pecah ban juga termasuk yang harus diperhatikan PT Hutama Karya. Pihaknya merekomendasikan agar di setiap rest area ada pemeriksaan tekanan ban.
Dia mencontohkan hasil survei di Tol Cikampek, Jawa Barat.
"Hampir 80% mobil pribadi yang kami periksa, tekanan bannya bermasalah. Kebanyakan pemilik kendaraan tak peduli dengan tekanan ban, padahal kondisi ban sangat menentukan keselamatan berkendara," kata Soerjanto.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
Terkini
-
BRI Konsisten Hadirkan Solusi Pembiayaan bagi UMKM melalui PRABU Expo 2025
-
Gajah Dona Mati di Taman Nasional Way Kambas
-
Holding Ultra Mikro BRI Terus Lakukan Business Process Reengineering untuk Tingkatkan Layanan
-
Buruan! Minyak Goreng 1,5 Liter Turun Jadi Rp27.900 di Alfamart, Stok Cepat Habis
-
BRI Perkuat UMKM Lewat Program Pemberdayaan dan Inovasi Berkelanjutan