Selain itu wilayahnya masih berupa hutan-hutan maka memudahkan para pejuang untuk berlindung, selain itu masyarakat di wilayah atau sekitar wilayah Gantimulyo juga mau memasok kebutuhan para pejuang.
Serangan Belanda di Gantimulyo dimulai pukul jam 09.00 pagi. Saat itu pasukan sedang berada di rumah kediaman Noyo Darmo yang pada waktu itu dijadikan sebagai markas sementara.
Pasukan Belanda datang dari arah Metro dan terjadilah pertempuran yang sangat mengesankan antara pejuang Indonesia dengan Pasukan Belanda.
Perlawanan para pejuang yang dipimpin oleh Cokro mengakibatkan banyak pejuang yang gugur di antaranya Mardi, Sujud, Kastojo, Atmo dan Tamin.
Para pejuang ini dimakamkan secara darurat dia area yang sekarang dibangun Tugu Mardirahayu.
Sebagai penghormatan kepada pejuang yang telah gugur dan sebagai upaya untuk terus mengenang pertempuran tersebut maka atas inisiatif Cokro maka dibangunlah Tugu Mardirahayu.
Cokro menyampaikan inisiatif tersebut kepada perangkat desa, setelah medapat respon akhirnya digelarlah beberapa kali rapat dan akhirnya dimulailah pembangunan Tugu Mardirahayu tersebut pada 29 Agustus 1996.
Proses pembangunan tugu tersebut melibatkan beberapa pihak antara Cokro, Komandan II Sriwijaya (Kolonel Bibit Waluyo), Koramil kecamatan Pekalongan, Noyo Darmo serta swadaya masyarakat Desa Gantimulyo.
Biaya pada pembangunan tugu tersebut kurang lebih sebesar Rp. 35.000.000 diperoleh dari sumbangan masyarakat dan donatur.
Baca Juga: HUT RI ke-76, 13 Rumah Terbakar di Jakarta Timur
Menurut keterangan Sumardi dalam pembangunan Monumen Tugu Mardirahayu banyak sekali pihak terkait yang ikut berjasa dalam berjalanya proses pembangunan baik dari pihak resmi yakni komandan II Sriwiaya Kodim maupun Koramil dan juga pihak yang tidak resmi seperti masyarakat yang ikut serta dalam membantu pembangunan.
Cokro sebagai koordinator bersama keluarganya ikut membantu dalam pembuatan tugu tersebut. Selain itu juga Noyo Darmo yang mewakafkan sebagian pekarangan rumahnya untuk tempat pembangunan Monumen Mardi Rahayu.
Antusiasme terlihat dari warga sekitar bergotong royong membantu tenaga sementara pihak aparat Desa Gantimulyo juga mendukung baik secara perizinan maupun surat menyurat yang dibutuhkan dalam pembangunan.
Salah seorang tokoh setempat yakni Muji menjelaskan keterkaitan masyarakat dengan Monumen Mardirahayu bisa di lihat dari sejarah Monumen Mardirahayu tersebut.
Yakni pada tahun 1949 telah terjadi pertempuran di daerah Lampung pada umumnya dan daerah 37 Gantimulyo pada khususnya yakni pertempuran mempertahankan kemerdekaan dari pihak penjajah Belanda.
Bentuk bangunan Tugu Mardi Rahayu sendiri pada bagian bawahnya yaitu yang menopang patung pahlawan berbentuk persegi empat yang tingginya tiga meter.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
Terkini
-
Tri Wenita, AgenBRILink yang Membawa Layanan Perbankan Menyapa Warga Desa
-
BRI Dorong Pertumbuhan Inklusif lewat Penyaluran KUR kepada 3,2 juta Debitur UMKM
-
3 Trik Nasi Pulen dan Wangi untuk Masak Harian ala Ibu-Ibu Hemat Alfamart
-
Tarif Tol Bakauheni-Terbanggi Besar Naik Akhir Bulan, Rincian Lengkap Biaya Terbarunya
-
Sat Set Promo Indomaret! 11 Snack & Yogurt Viral Mulai Rp3 Ribuan, Wajib Borong