SuaraLampung.id - Sebanyak 51 pegawai KPK dilabeli 'merah' setelah tak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK). Labeh merah ini diberikan karena para pegawai KPK karena dinilai tidak pancasilais dan tidak bisa dibina lagi.
Di era Orde Baru, cap 'merah' biasanya diasosiasikan kepada orang golongan kiri atau komunis. Salah satu tokoh yang pernah dicap 'merah' di era Orde Baru adalah Wakil Presiden ke-5 RI Letjen (Purn) Sudharmono.
Cap 'merah' terhadap Sudharmono datang dari para perwira TNI. Salah satunya adalah Jenderal Sumitro, mantan Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib).
Cap 'merah' terhadap Sudharmono ini gencar dikemukakan jelang Sidang Umum MPR 1988. Nama Sudharmono kala itu menguat dicalonkan sebagai wakil presiden.
"Dia (Sudharmono) itu merah," kata Sumitro dikutip dari buku 'Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto" karya Salim Said.
Sudharmono dituding sebagai mantan anggota laskar Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo). Pesindo diduga terlibat dalam Pemberontakan PKI Madiun 1948.
Untuk menggagalkan Sudharmono sebagai Wapres, Sumitro mendesak Jenderal Benny Moerdani, Pangkopkamtib, untuk bertindak.
Benny Moerdani sependapat dengan Sumitro. Ia juga menolak Sudharmono sebagai wapres. Hal ini diungkapkan Ginandjar Kartasasmita.
Ginanjar mengaku menyaksikan sendiri Benny Moerdani menolak Sudharmono sebagai wapres secara terbuka saat berpidato di hadapan para perwira senior TNI.
Baca Juga: CEK FAKTA: Uya Kuya Menghipnotis Wapres Maruf Amin, Benarkah?
Dalam pidatonya, Benny Moerdani menuding Sudharmono adalah agen rahasia komunis. Benny Moerdani lalu memerintahkan Fraksi ABRI untuk tidak mendukung pencalonan Sudharmono sebagai wapres.
Sikap para perwira senior ABRI ini tidak sejalan dengan Presiden Soeharto. Presiden Soeharto justru meminta Golkar mencalonkan Sudharmono sebagai wapres. Soeharto bahkan membantah bahwa Sudharmono adalah 'merah'.
Insiden Sidang Umum MPR 1988
Pada 10 Maret 1988, sidang umum MPR digelar. Sidang ini diadakan dalam rangka memilih Presiden dan Wakil Presiden RI. Di sesi pemilhan presiden, Soeharto terpilih secara aklamasi.
Di tengah sidang berlangsung, tiba-tiba saja Brigjen Saleh Ibrahim, anggota fraksi ABRI teriak interupsi. Ia lalu berlari ke depan ke arah mimbar tempat pimpinan MPR sambil membawa secarik kertas.
Interupsi Brigjen Saleh Ibrahim dalam rangka untuk menggagalkan pencalonan Sudharmono sebagai wapres. Suasana seketika gaduh.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Penyelundupan Ribuan Burung Gagal, Dua Pelaku Diamankan
-
Panduan Lengkap: Membuat Infografis Kece Anti Ribet dengan Gemini AI
-
Lampung Bangun Rumah Sakit Hewan Rujukan: Terkendala Dana Berharap DAK
-
Jadikan Foto Anda Lebih Kece: Panduan Mengedit di Gang Artistik dengan Gemini AI
-
BTN Buka Lowongan Kerja Posisi IT QA Department Head: Gaji Menarik