Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Sabtu, 22 Mei 2021 | 07:10 WIB
Rumah Mohammad Zyad Alshurafa, Mahasiswa Unila asal Palestina, hancur akibat diserang Israel. [Suaralampung.id/Mitha Setiani Asih]

SuaraLampung.id - Konflik antara Israel dan Palestina menyisakan duka bagi Mohammad Zyad Alshurafa, mahasiswa asal Palestina yang kuliah di Universitas Lampung (Unila). 

Pasalnya serangan militer Israel ke jalur Gaza Palestina membuat rumah keluarganya luluh lantak. Inilah kali pertama rumah Zyad di Gaza Palestina hancur selama serangan Israel bertahun-tahun. 

Tidak hanya itu, dua anggota keluarganya pun mengalami luka. Dua keluarga Zyad di Gaza Palestina yang terluka kini sudah pindah ke tempat lebih aman.  

Pria yang memiliki hobi olahraga sepak bola ini sangat merindukan adiknya yang bungsu. Ia ingin kembali ke Gaza, Palestina, setelah lulus kuliah nanti. 

Baca Juga: Unggah Video Palestina Kembali Diserang Israel, Teuku Wisnu: Ya Allah

Selama berada di Lampung, Zyad mengaku selalu merasa khawatir setiap membaca berita kematian warga Palestina. Ia takut jika ada nama anggota keluarganya yang menjadi korban.

"Saya setiap hari melihat berita orang meninggal seratus kali. Setiap kabar yang saya liat, saya takut ada nama keluarga saya. Saya mau pulang karena tidak mau jauh keluarga," ujar Zyad kepada Suaralampung.id, Jumat (21/5/2021). 

Zyad adalah orang yang menggemari bidang teknologi. Karena itu setamat sekolah menengah atas di Palestina, Zyad memilih kuliah di jurusan Ilmu Komputer Unila. 

Pria berusia 20 tahun ini ingin menjadi programmer karena menurutnya peluang kerjanya lebih baik. Indonesia menjadi negara tujuannya menuntut ilmu. 

Bukan tanpa alasan Zyad memilih Indonesia sebagai tempat belajar. Ini karena Indonesia adalah negara mayoritas muslim sehingga membuatnya betah. 

Baca Juga: LBH Jakarta Pertanyakan Motivasi Polisi Tangkap Massa Aksi Bela Palestina

"Banyak orang Indonesia yang suka dengan orang Palestina. Saya bisa pilih ke Eropa kemana-mana, tapi saya lebih memilih yang banyak muslim," tutur anak pertama dari enam bersaudara ini.

Karena itu ketika Kementerian Pendidikan Palestina membuka program beasiswa kuliah ke Indonesia, Zyad tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. 

Ia mendaftar program beasiswa itu dan berhasil lulus. Kementerian Pendidikan Palestina lalu menempatkan Zyad kuliah di jurusan Ilmu Komputer Unila. 

Kemampuan bahasa menjadi kesulitan yang dialaminya saat berkuliah di Unila. "Saya kesulitan menyesuaikan bahasa. Untuk statistika dan matematika saya bisa belajar. Tapi, saat masuk kuliah saya belum belajar bahasa Indonesia. Saya belajar via YouTube," ujarnya. 

Kontributor: Mitha Setiani Asih

Load More