Karena menurutnya, Partai Demokrat bukan ancaman bagi siapa-siapa. Lagipula, lanjutnya, Moeldoko tidak mau menghancurkan reputasinya memimpin partai yang diharapkan hancur dengan sendirinya.
"Jadi agaknya AHY harus disingkirkan bukan agar Demokrat hancur tapi agar langkah politik mereka bisa selaras dengan kepentingan-kepentingan pihak yang merancang pergantian kekuasaan," ujar Ade.
Partai Demokrat mungkin bukan partai besar, tapi kata Ade Armando, Demokrat selalu berada di urutan lima besar parpol di Indonesia. Dan menurutnya faktor SBY tetap penting untuk menaikkan popularitas Partai Demokrat.
"Bahkan AHY pun tidak jelek-jelek amat. Mungkin tidak ada harapan baginya menjadi capres, tapi dia tetap merupakan kekuatan yang patut diperhitungkan untuk mengusung nama tokoh tertentu," kata Ade.
"Kalau ini benar, kemungkinan yang bisa menjelaskan mengapa Demokrat harus diambil alih adalah karena partai ini mungkin saja jadi batu sandungan bagi sebuah skenario yang sedang dirancang dua partai terbesar: PDIP dan Gerindra," jelasnya.
Skenario apa itu? Menurut Ade Armando sudah banyak diramalkan pada pilpres 2024 PDIP dan Gerindra akan mengusung pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani.
Sebenarnya, kata Ade, Ganjar Pranowo lebih populer namun Ganjar adalah kader partai yang sangat loyal pimpinan. Karena itu, menurut Ade Armando, Ganjar pasti akan mengalah walaupun peluang dirinya menang lebih besar.
Dengan begitu, kata Ade, yang menjadi ganjalan bagi skenario Prabowo-Puan adalah Anies Baswedan. Saat ini pendukung Anies, beber Ade Armando, adalah PKS dan bisa jadi Demokrat jika masih berada di bawah SBY.
"Bila PKS dan Demokrat bergabung sangat mungkin mereka bisa menarik parpol-parpol diluar duet PDIP-Gerindra. Jadi pimpinan Demokrat harus diganti bukan untuk memperlemah tapi untuk mengubah haluan di pertarungan 2024. Itu salah satu analisis yang masuk akal," kata Ade.
Baca Juga: Yasonna Ultimatum SBY dan AHY: Jangan Main Serang Pemerintah Tanpa Dasar!
Tapi, tutur Ade, ada juga analisis lain yang berkembang. Yaitu Demokrat perlu dikudeta agar setuju dengan rencana amandemen UUD 45 yaitu pada poin masa jabatan presiden tiga periode.
Artinya masa jabatan Jokowi bisa diperpanjang hingga tiga periode. Ade mengatakan, wacana penambahan masa jabatan presiden tiga periode ini sudah dilontarkan beberapa parpol.
Sementara Demokrat tidak masuk dalam kelompok pendukung amandemen UUD 45 ini. "Karena itu menurut analisis ini pimpinan Demokrat harus diganti," ujar Ade Armando.
Jokowi sendiri kata Ade menolak wacana perpanjangan masa jabatan presiden hingga tiga periode. "Kalaulah benar ini ada kaitannya dengan amandemen UUD 45 mungkin sekali ini dilakukan parpol-parpol yang khawatir pergantian Jokowi akan melahirkan guncangan hebat tapi mungkin saja tidak melibatkan Jokowi," beber Ade Armando.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
- 5 Mobil Bekas di Bawah 50 Juta Muat Banyak Keluarga, Murah tapi Mewah
Pilihan
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
Terkini
-
7 Hal Penting untuk Berkunjung ke Taman Nasional Way Kambas bagi Wisatawan
-
Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
-
7 Villa & Resort Sultan di Pesisir Lampung untuk Liburan Mewah dengan Nuansa Private Beach
-
Cek Fakta: Viral TNI Kecam Aksi Gubernur Lempar Bantuan dari Helikopter, Benarkah?
-
Liburan 4 Hari 3 Malam di Pesisir Barat Lampung, Pantainya Masih Sepi & Alami