Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Sabtu, 20 Februari 2021 | 19:14 WIB
The Wellington [dok. Pribadi]

SuaraLampung.id - Band Indiepop The Wellington merilis albun perdananya bertajuk Playmaker. Album ini dibuat dalam format CD sebanyak 500 keping. 

The Wellington adalah band asal Depok yang dibentuk sejak 2002. Band ini digawangi Tyza sebagai vokalis, Hanzalah Usaidi (gitar 1), Muhammad Feizal Akbar (gitar 2), Rizki Ocktadinanta (drum), dan Rinaldi Aban (bass).

Album Playmaker ini merangkum 9 lagu. Nomor-nomor seperti Unlover hingga Burned mengingatkan kita pada The Smiths dan The Cure yang menyajikan jangly sound: tak berisik alias enteng di telinga.

Playmaker sebenarnya telah dirilis dalam versi digital pada tahun lalu lewat Bandcamp dan platform digital lainnya. Tapi awak The Wellington sepertinya ikuti pepatah lama, yakni belum jadi anak band kalau tak punya album fisik.

Baca Juga: Playmaker, Anak Sulung The Wellington yang Terlambat Lahir

Sang vokalis, Riftyza Gestandi alias Tyza, mengungkap kenapa baru melahirkan Playmaker setelah belasan tahun bermusik.

"Karena kesibukan masing-masing personel," katanya kepada Suara.com (jaringan MataMata.com).

Secara pribadi, Tyza memaknai Playmaker sebagai rangkuman perjalanan persahabatan personel The Wellington dari dulu sampai sekarang.

Resmi dirilis pada 21 Januari lalu lewat bendera Guerrilla Records, Playmaker berisikan 9 lagu yang juga dicomot dari single mereka sejak awal dibentuk seperti Lost in Cairo. Sementara Unlover, White October, Floating Flower dan It's so Fine, baru diproduksi pada 2019.

Unlover yang jadi single andalan di Playmaker mengangkat tema unik sekaligus tabu. Singkatnya kata Tyza, lagu tersebut bercerita tentang hubungan cinta sejenis.

"Lagunya tentang hubungan cewek sama cewek yang harus menerima kenyataan kalau mereka nggak akan bisa hidup bersama. Karena salah satu dari mereka dipaksa untuk kawin sama cowok," ujarnya.

Load More