Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Selasa, 22 Desember 2020 | 13:58 WIB
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta di Surabaya (Suara.com/Achmad Ali)

SuaraLampung.id - Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Airlangga (BEM Unair) menyayangkan sikap beberapa kalangan yang menolak kehadiran Irjen Nico Nafinta sebagai Kapolda Jawa Timur hanya gara-gara agama.

Bagi BEM Unair, penolakan Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta berdasarkan agama adalah masalah SARA.

"BEM Unair prihatin dan menyayangkan masih ada pemikiran sempit di sebagian masyarakat yang membenturkan agama dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, ujar Wakil Presiden BEM Unair Risyad.

Risyad khawatir aksi tersebut akan merusak keutuhan bangsa, apalagi mengaikan persoalan agama dengan jabatan di pemerintahan. Selain itu, Ia juga menyebut kasus tersebut SARA.

Baca Juga: Rencana Aksi Pemuda Madura Minta Kapolda Jatim Turun Sebab Non-Muslim Batal

"Namun jika disebutkan bahwa tuntutan aksi adalah penolakan terhadap Irjen Nico Afinta yang diangkat sebagai Kapolda Jatim karena non-muslim, menurut saya ini merupakan gerakan kontraproduktif yang justru akan mengancam keutuhan bangsa Indonesia," katanya, Selasa (22/12/2020) dilansir Suaralampungid dari Suarajatim.id.

Menurut Risyad, tuntutan itu justru bisa merusak keharmonisan diantara warga Jawa Timur. Apalagi Kapolda Jawa Timur saat ini Irjen Pol Nico Afinta adalah asli arek Suroboyo.

"Saya mencermati pengangkatan Kapolda tersebut berdasarkan rekam jejak bagaimana prestasi beliau di karir kepolisian dan kita harus melihat kinerjanya ke depan, itu yang penting," ujarnya.

Risyad memahami jika berserikat dan berpendapat adalah hak setiap orang ataupun kelompok.

"Terkait surat yang ramai itu ya, menurut saya tiap orang atau kelompok berhak untuk berserikat dan menyatakan pendapat," ujarnya.

Baca Juga: Viral Pemuda Madura Akan Demo Minta Kapolda Jatim Turun Sebab Non-Muslim

Membaca dari beberapa sumber berita, rencana aksi ini dikatakan karena ada kekhawatiran nantinya akan menyebabkan tidak harmonisnya masyarakat Jatim.

Oleh sebab itu, kata Risyad, jika para Pemuda Madura ingin Jawa Timur tetap harmonis maka jangan mempersoalkan kasus SARA.

luas, bukan secara tidak sadar menjadi bagian dari penciptaan perpecahan dan Islamophobia," katanya.

Kontributor : Achmad Ali

Load More