SuaraLampung.id - Jumlah ikan yang mati di Danau Ranau, Kecamatan Lumbok Seminung, Kabupaten Lampung Barat, terus bertambah setiap harinya.
Kepala Dinas Perikanan Lampung Barat Kamaludin mengatakan jumlah ikan yang mati di Danau Ranau telah mencapai 250 ton hingga kemarin.
"Jumlahnya kemungkinan bertambah, karena sampai kemarin ikan mati sudah mencapai 250 ton," kata dia, Senin (16/1/2023).
Menurut, kerugian yang dialami petambak masih belum bisa dipastikan, namun jumlahnya diperkirakan mencapai miliaran rupiah.
Baca Juga:Kreatif! Aksi Nitizen Goreng Ikan Hiu Bikin Ngakak
"Kalau kita kalkulasi dari 250 ton itu ke rupiah dengan harga Rp25 ribu per kilogram, kurang lebih Rp5 miliar total kerugiannya," kata dia.
Mengenai penyebab kematian ikan itu, ia mengatakan bahwa pihaknya menduga dari kadar belerang yang naik.
"Kadar belerang naik, akibatnya kadar oksigen di Danau Ranau turun, yang mengakibatkan kematian ikan," katanya.
Menurut dia, ikan yang masih segar dimanfaatkan petani untuk dikonsumsi.
"Ya sementara 25 persen sampai 30 persen ikan yang masih segar dimanfaatkan mereka untuk dikonsumsi atau dijual," ujarnya.
Baca Juga:Geger! Puluhan Ribu Ikan Lemas Mulut Terbuka di Tepi Danau Ranau
Ia mengatakan bahwa ikan yang sudah mati, dibuang di suatu tempat dan akan dibuat pupuk.
"Kemarin sudah disemprot fermentasi dan dicampur dengan tanah," katanya.
Periksa sampel
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung memeriksa sampel air di karamba jaring apung (KJA) Danau Ranau setelah terjadinya peristiwa ribuan ikan mati secara massal.
"Hari ini kami bersama tim dari BKIPM (Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan) bekerja sama turun ke lokasi langsung tepatnya ke karamba jaring apung di Danau Ranau," ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung Liza Derni, Jumat lalu.
Ia mengatakan turunnya tim gabungan antara Dinas Kelautan dan Perikanan dengan BKIPM tersebut dilakukan dalam rangka pemeriksaan lebih mendalam atas kematian ribuan ikan di perairan Danau Ranau serta karamba jaring apung di sekitarnya.
"Nanti dalam pemeriksaan itu akan diambil sampel air di sekitar kejadian, untuk mengetahui penyebab kematian ikan secara massal," katanya.
Dia menjelaskan untuk sementara waktu diperkirakan penyebab kematian ikan secara massal di perairan Danau Ranau itu akibat fenomina upwelling.
"Fenomena upwelling ini adalah naiknya partikel seperti pakan ikan di lapisan bawah (thermocline) yang muncul ke permukaan, ataupun bisa karena jarak karamba ikan yang terlalu rapat dan bisa juga karena perubahan musim dari kemarau ke hujan," tambahnya.
Dia mengatakan kejadian serupa pernah terjadi beberapa tahun lalu, tepatnya pada 2018, dengan tingkat kematian tidak terlalu banyak.
"Saat ini kami sedang selidiki partikel apa yang menyebabkan ini atau ada faktor lainnya melalui pengambilan sampel dan pemeriksaan lebih lanjut, serta hasilnya nanti akan kami beritahukan dalam waktu dekat ini," ucapnya. (ANTARA)