Menurut Grace, TKA diperkerjakan karena memang tenaga lokal belum mumpuni. Misalnya pekerjaan tukang las di proyek kereta cepat.
"Tukang las yang dibutuhkan bukan tukang las biasa. melainkan harus punya sertifikasi dan kemampuan khusus," kata Grace.
3. TKA China akan Menetap di Indonesia
Kritik Grace selanjutnya adalah pernyataan Bang Yos bahwa setelah proyeknya selesai, maka para TKA China itu tidak mau pulang ke negaranya, mereka tetap mau di Indonesia karena di negaranya hanya bisa punya anak satu sementara di Indonesia bisa punya anak sebanyak-banyaknya.
Baca Juga:Polisi Selidiki Kasus Perkelahian Dua TKA China di Bintan, Satu Orang Tewas Kena Tusukan
Lalu Bang Yos bahkan mengatakan pemerintah RRC pusing mengurusi rakyatnya yang berjumlah 1,4 miliar dan cara termudah mengekspor rakyat RRC adalah dengan mengirim ke negara lain.
"Wah ini logika darimana lagi? mungkin data intelijen Bang Yos belum diupdate cukup lama kali ya," ujar mantan presenter televisi ini.
Saat ini menurut Grace, RRC sudah bukan negara miskin lagi. Keberhasilan China mengentaskan kemiskinan sudah diakui dan dipuji dunia internasional.
Dalam waktu 30 tahun saja, pemerintah RRC berhasil mengangkat sekitar 750 juta orang dari kemiskinan ekstrem. Saat ini separuh penduduk RRC penghasilannya menengah. Tatanan sosial mereka sudah berubah lebih maju dan lebih sejahtera.
Bahkan kata Grace Natalie, penduduk China sekarang sudah malas punya anak banyak sampai-sampai pemerintah China harus mencanangkan punya anak itu tiga.
Baca Juga:CEK FAKTA: Beredar Kabar Sebut WNA China Mulai Berdatangan di IKN Pakai Baju Dayak, Benarkah?
Tapi tetap saja fertility rate di RRC tidak sampai dua. Artinya mayoritas warga di sana paling punya anak itu antara 1 paling banyak 2.
"Bukan pemerintahnya melarang, melainkan mereka sendiri yang tidak mau. karena sekarang hidupnya jauh lebih sejahtera. Sudah tahu punya anak itu bukannya untung melainkan justru banyak tanggung jawab yang dikeluarkan," ujar Grace.
"Jadi analisa Bang Yos yang mengatakan TKA China akan menetap di Indonesia supaya hidup lebih baik dan bisa punya anak banyak itu ngawur banget dan bertolak belakang dengan realita," jelas Grace.
Hingga hari ini, kata Grace, masih banyak etnis Tionghoa yang hidup dalam bayang-bayang kelam tragedi kemanusiaan 1998.
Sebagai seorang tokoh bangsa apalagi punya latar belakang intelijen menurut Grace seharusnya Bang Yos mengetahui hal ini dan lebih berhati-hati serta bijak dalam membuat pernyataan di depan publik.
"Oleh karena itu saya berharap Bang Yos mau berbesar hati meminta maaf dan mengklarifikasi pernyataan Bang Yos kepada publik Indonesia," pintanya.