SuaraLampung.id - Seorang santri tak disangka berani mengkritik pendakwah kondang Ustaz Yusuf Mansur. Santri tersebut menyebut bahwa Ustaz Yusuf Mansur terlalu memikirkan duniawi.
Namun, Ustaz Yusuf Mansur punya jawaban sendiri atas kritik tersebut.
Tak tanggung-tanggung si santri menyebut Ustaz Yusuf Mansur terlalu duniawi lantaran selalu membahas tentang uang di dalam beberapa ceramahnya.
Lewat unggahan Instagram @yusufmansurnew, ustaz kondang ini menunjukkan tangkapan layar kritik yang dilontarkan santri tersebut.
Baca Juga:Savage! Jawaban Telak Ustaz Yusuf Mansur saat Dikritik Terlalu Duniawi
Santri itu mengaku tak menyukai gaya Yusuf Mansur yang selalu membahas soal uang hingga terkesan memaksa jemaah bersedekah besar saat ceramahnya berlangsung.
"Saya enggak suka banget sama Ustaz Yusuf Mansur. Beliau dunia banget, setiap ceramah duit mulu," kata si santri yang tak diketahui identitasnya itu seperti dikutip Suara.com, Rabu (17/2/2021).
Si santri juga menuliskan bahwa Yusuf Mansur memasang tarif Rp 3 juta agar mau diundang pondok pesantrennya.
Kritik tersebut langsung direspons oleh Yusuf Mansur. Ia memberikan jawaban telak atas kritik dari mantan santrinya itu.
"Ini sangat bisa jadi, saya yang salah. Kok bisa-bisanya misalnya, ada informasi saya bicara duit mulu? Padahal kan ini bener hehehe. Saya memang bicara duit mulu hihihi. Kawan-kawan butuh duit kan? Ya ayo, bicara duit," jawab Yusuf Mansur.
Baca Juga:Dikritik Dakwahnya Ngomong Duit Melulu, Ustaz Yusuf Mansur: Saya yang Salah
Terkait klaim iuran Rp 3 juta dari tiap pondok pesantren cabang, Yusuf Mansur juga membelikan balasan yang mencengangkan.
"Soal saya ke cabang harus bayar Rp 3 juta per malam, ini juga saya salah. Mestinya Rp 3 miliar per malam hehehe. Kemurahan. Saya salah kalau Rp 3 juta. Asyik," tuturnya.
Yusuf Mansur mengaku takjub dengan santri tersebut. Sebab di usianya yang masih muda ia sudah enggan membahas mengenai uang.
"Santri ini hebat. Seumur santri sudah enggak suka orang bicara duit. Asli cakep," ujarnya.
Yusuf Mansur berharap agar ia mendapatkan identitas santri tersebut. Ia meyakinkan bukan ingin melaporkan sang santri atas dugaan UU ITE, melainkan ingin berterima kasih.
"Semoga saya bisa tahu siapa santri ini dan di mana cabangnya. Bukan mau ngelaporin dengan pasal ITE, tapi mau berterima kasih," ungkapnya.
Yusuf Mansur menjelaskan, budaya kritik harus dibangun. Terlebih kritik yang diberikan demi kebaikan bersama.
"Dunia kritik harus dibangun, saya pun belajar untuk menerima kritik. Ya ayolah kritik, enggak apa-apa, diterima. Apalagi kira-kira demi kebaikan bersama," tukasnya.