Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Sabtu, 30 Januari 2021 | 15:21 WIB
Ilustrasi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo tiba di Gedung PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (28/1/2021) sore. [Suara.com/Yosea Arga Pramudita]

SuaraLampung.id - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membawa konsep Polri Presisi. Polri Presisi adalah Polri yang mengedepankan konsep 4.0 dalam cara kerjanya. Konsep 4.0 adalah konsep dimana teknologi menjadi andalan dalam mendukung kinerja Polri. Namun masih ada persoalan yang harus dibenahi Listyo Sigit. 

Salah satunya adalah persoalan sumber daya manusia di tubuh Polri. Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, jumlah jenderal yang begitu banyak di tubuh Polri adalah persoalan yang harus segera dituntaskan. 

Jumlah jenderal di tubuh Polri saat ini mencapai 340 an orang. Jumlah itu terlalu banyak menurut Neta S Pane. Ledakan jumlah jenderal ini kata Neta S Pane yang membuat Polri sulit profesional, modern dan terpercaya (Promoter). 

"Sebelum reformasi, jumlah jenderal cuma 65. Sekarang ini hampir 300. Bintang tiganya banyak bener," kata Neta dikutip dari channel YouTube Akbar Faizal Unsencored dengan judul "POLRI INFLASI 340 JENDERAL, MAU DIAPAIN? | AF UNCENSORED FT. NETA, FERI, MASINTON".

Baca Juga: Abu Janda Dipanggil Polisi Terkait Kasus Perkataan Islam Arogan

Menurut Neta S Pane peningkatan jumlah anggaran di tubuh Polri tidak diimbangi dengan peningkatan kinerja. "Kenaikan anggaran ini tidak disikapi Polri dengan peningkatan kinerja, tapi yang disikapi Polri dengan peningkatan jumlah jenderal," ujarnya.

Jika ini terus terjadi, Neta S Pane yakin Polri tidak akan bisa mewujudkan jargon Promoter nya. Ini dikarenakan kenaikan anggaran ini hanya dihabiskan untuk membiayai gaji personel dan fasilitas. Neta mengatakan, anggaran Polri naik 2 ribu persen sejak era reformasi. 

Sekitar 50 persen lebih, anggaran itu dihabiskan untuk gaji. Sementara sekitar 10 sampai 15 persen anggaran habis untuk fasilitas. "Sehingga berapapun anggaran diserahkan negara untuk Polri kalau polanya masih seperti itu memperbengkak jumlah jenderal, memperbengkak jumlah personel itu tidak akan bisa promoter Polri," tegasnya.

Akbar Faizal beranggapan dengan banyaknya jumlah jenderal mengindikasikan bahwa makin banyak SDM Polri berkualitas karena bisa menempati posisi jenderal. 

Namun jika dikaitkan dengan  konsep 4.0 yang didengungkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit, maka kata Neta S Pane semestinya jumlah personel harus diseleksi ketat. "Konsep 4.0 dalam konsep negara-negara maju mengembangkan teknologi bukan mengembangkan manusia. Ketika konsep 4.0 ini dikembangkan, Polri harus segera dipilah mana-mana personel Polri yang promoter, mana-mana jenderal yang promoter. Kalau jelas-jelas tidak berkomitmen tawarkan pensiun dini mereka itu," ujarnya. 

Baca Juga: Dikunjungi Kapolri, Habib Zein: Sambung Komunikasi yang Tersumbat

Neta S Pane juga mengkritik kuota rekrutmen Akpol yang terus bertambah setiap tahunnya. "Itu ga ada gunanya. Yang dibutuhkan masyarakat itu jumlah polisi di bawah. Dengan jumlah polisi di bawah dilengkapi dengan teknologi itu bersinergi. Jangan kemudian dibawah kurang, di tengah membengkak, di atas jenderal banyak, kemudian 4.0 ga nyambung," kata dia.

"Berapapun anggaran, itu (Polri Presisi) tidak akan tercapai jika jumlah jenderal sekian banyak, jumlah di tengah banyak. Jumlah di tengah yang nganggur cukup banyak, jumlah jenderal nganggur juga cukup banyak," ucap Neta. 

Load More